Wisata Lombok

Wisata Lombok, Merasakan Suasana Zaman Kerajaan di Taman Mayura, Sejarah dan Harga Tiket Masuk

Taman Mayura di Kota Mataram merupakan salah satu objek wisata di Pulau Lombok yang wajib dikunjungi untuk tahu lebih jauh tentang sejarah kerajaan.

Editor: Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM/SIRTUPILLAILI
Pintu gerbang menuju Balai Kambang di Taman Mayura, Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Taman Mayura ini merupakan salah satu objek wisata Lombok yang harus dikunjungi para pelancong untuk mengenal sejarah kerajaan di Pulau Lombok. 

TRIBUNLOMBOK.COM - Menikmati wisata Lombok tidak akan lengkap tanpa berkunjung ke Taman Mayura, di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Objek wisata Lombok yang satu ini merupakan salah satu tujuan utama para pelancong datang berlibur ke Lombok.

Taman Mayura memberikan pengalaman berbeda dibandingkan objek wisata Lombok yang lain.

Taman Mayura merupakan taman peninggalan kerajaan yang masih eksis sampai saat ini.

Arsitektur bangunan Taman Mayura masih mempertahankan bentuk aslinya. Sehingga pengunjung yang datang seolah-olah dibawa ke masa lampau atau zaman kerajaan.

Baca juga: 20 Objek Wisata Lombok Paling Populer dan Wajib Dikunjungi saat Traveling

Deretan pohon manggis yang tertata rapi di Taman Manyura membuat suasana taman ini terasa sejuk.

Walau berada di jantung Kota Mataram dan pusat perekonomian Cakranegara, suasana di dalam taman benar-benar berbeda.

Sehingga Taman Mayura sangat cocok dijadikan tempat relaksasi.

Berjalan kaki di antara deretan pohonan manggis, duduk di pinggir kolam, atau memancing menjadi aktivitas paling menyenangkan.

Selain melihat taman dengan arsitektur bangunan zaman kerajaan, pengunjung biasanya berolahraga di Taman Mayura atau sekedar swafoto.

Lokasi Taman Mayura

Taman Mayura, Kota Mataram. Taman ini merupakan salah satu objek wisata Lombok.
Taman Mayura, Kota Mataram. Taman ini merupakan salah satu objek wisata Lombok. (TRIBUNLOMBOK.COM/SIRTUPILLAILI)

Taman Mayura berada di Kelurahan Mayura, Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram.

Lokasinya ada di pusat kota dan berada di pinggir jalan raya Selaparang, sebelah timur Pasar Cakranegara.

Setiap hari jalan raya Selaparang ini selalu ramai dilalui kendaraan. Meski demikian, tembok tinggi yang memisahkan jalan raya dengan Taman Mayura membuat nuansa taman ini tetap asri.

Kelurahan Mayura sendiri merupakan wilayah dataran dengan ketinggian antara 16 sampai 50 meter di atas permukaan laut, dengan luas wilayah mencapai 9,67 Km2.

Kecamatan Cakranegara berada di wilayah dengan kemiringan lereng rata-rata antara 0 sampai dengan 2 persen.

Akses ke Taman Mayura sangat mudah karena berada di antara jalan utama Kota Mataram.

Pintu masuk Taman Mayura ada di Jalan Purbasari Nomor 29, di sebelah barat taman.

Taman Mayura dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 - 21.00 Wita.

Tiket masuk ke Taman Mayura dibagi menjadi tiga kategori.

Terdiri dari tiket lokal, domestik, dan wisatawan asing.

Berikut daftar tiket masuk Taman Mayura:

Tiket wisatawan lokal
- Dewasa: Rp5.000
- Anak-anak: gratis

Tiket wisatawan domestik
- Dewasa: Rp10 ribu
- Anak-anak: Rp5.000

Tiket wisatawan asing
- Dewasa: Rp20 ribu
- Anak-anak: Rp10 ribu

Fasilitas Taman Mayura

Seorang pria berjalan di antara deretan pohon manggis di Taman Mayura, Kota Mataram. Taman ini merupakan salah satu objek wisata Lombok.
Seorang pria berjalan di antara deretan pohon manggis di Taman Mayura, Kota Mataram. Taman ini merupakan salah satu objek wisata Lombok. (TRIBUNLOMBOK.COM/SIRTUPILLAILI)

Taman Mayura merupakan taman yang dibangun raja sebagai kelengkapan bangunan puri (istana) raja pada zaman dahulu.

Di Taman Mayura terdapat tempat tinggal raja, dalam arti ditempati raja bila sedang beristirahat di taman, letaknya di tempat yang sekarang berdiri bangunan Padmasana.

Sejarah keberadaan Taman Mayura berhubungan erat dengan kehadiran masyarakat Bali di Lombok.

Di dalam Taman Mayura terdapat kolam besar dengan Balai Kambang di tengah-tengah kolam.

Dikutip dari situs resmi Kemendikbud.go.id, struktur denah Taman Mayura berbentuk empat persegi panjang, dengan ukuran panjang 244,60 meter, lebar 138,50 meter (33.877,10 meter persegi).

Tepat di tengah-tengah Taman Mayura terdapat sebuah kolam dengan ukuran 191,60 m x 81 meter.

Kolam ini dilengkapi dengan sebuah bangunan yang disebut Balai Kambang, yang berada tepat di tengah-tengah kolam.

Balai Kambang Taman Mayura berukuran 15,30 m x 8,10 meter.

Di sekitar kolam Taman Mayura terdapat empat buah bangunan terbuka dalam berbagai ukuran dengan luas keseluruhan 128,52 meter persegi.

Pada halaman sebelah utara terdapat sebuah bangunan (gedung) yang pernah digunakan sebagai kantor asisten residen, seluas 133,65 meter persegi.

Dengan demikian luas seluruh bangunan yang terdapat di Taman Mayura, tidak termasuk Pura Kelepug dan Padmasana adalah 186,10 meter persegi.

Sejarah Taman Mayura dan Penemuan Naskah Negarakertagama

Arca muslim di Balai Kambang Taman Mayura menjadi salah satu benda cagar budaya di Kota Mataram. Taman Mayura merupakan salah satu objek wisata Lombok.
Arca muslim di Balai Kambang Taman Mayura menjadi salah satu benda cagar budaya di Kota Mataram. Taman Mayura merupakan salah satu objek wisata Lombok. (TRIBUNLOMBOK.COM/SIRTUPILLAILI)

Taman Mayura sudah ada sejak Kerajaan Singasari atau Karangasem Sasak di Lombok pada awal abad ke-19.

Ketika itu di Lombok masih terdapat kerajaan-kerajaan kecil seperti Mataram, Pegesangan, Pagutan, Sengkono dan sebagainya.

Dalam perkembangan selanjutnya, dari kerajaan-kerajaan kecil itu sampai tahun 1838 tinggal dua kerajaan saja, yaitu Singasari dan Mataram.

Kedua kerajaan ini terlibat dalam peperangan, dimana Kerajaan Singasari mengalami kekalahan.

Raja dan keluarganya melakukan puputan di Sweta.

Hanya dua orang anak kecil keturunan Kerajaan Singasari yang berhasil diselamatkan dan dibawa ke Karangasem (Bali).

Kerajaan Mataram walaupun berada di pihak yang menang, namun rajanya tewas dalam peperangan itu.

Dilansir Kemendikbud.go.id, sebagai pewaris tahta Kerajaan Mataram adalah Anak Agung Gde Ngurah Karangasem (Putra Mahkota) dan adiknya yang bernama Anak Agung Ngurah Ketut Karangasem.

Pada tahun 1839 Kerajaan Singasari berhasil ditumpas habis oleh Kerajaan Mataram (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman Nusa Tenggara Barat, 1998: 28).

Pada pertengahan abad ke-19, putra mahkota Kerajaan Mataram membangun puri di atas bekas Puri Kerajaan Karangasem Singasari yang hancur.

Pembangunannya selesai pada tahun 1866. Puri itu diberi nama Singasari atau Karangasem, kemudian diganti menjadi Cakranegara.

Ketika terjadi perang melawan Belanda (Ekspedisi Lombok) pada tahun 1894 yang berakhir dengan kekalahan Kerajaan Mataram, puri kerajaan hancur.

Peristiwa penting yang terjadi pada waktu itu adalah ditemukannya keropak (naskah lontar) Desawarnana atau yang kemudian terkenal dengan nama Negarakertagama.

Brandes mengungkapkan bahwa naskah ini sebagai satu-satunya naskah yang berisi gambaran paling lengkap tentang Kerajaan Majapahit.

Kekalahan Kerajaan Mataram atas Belanda berarti berakhirnya masa pemerintahan dengan sistem kerajaan di Lombok.

Pristiwa itu juga menandai awal masa pemerintahan Hindia Belanda di Lombok.

Puri atau istana yang merupakan simbol atau lambang keberadaan suatu kerajaan itu hancur musnah.

Sumber-sumber yang layak dipercaya hanya dapat memberikan informasi tentang bekas lokasi puri itu, yaitu di sekitar tempat yang sekarang berdiri perusahaan tenun Selamet Riyadi di Cakranegara.

Tepatnya berada pada satu garis lurus sejajar dengan sisi utara kolam Taman Mayura.

Berdasarkan kenyataan tersebut Taman Mayura dan Pura Meru dapat dipandang sebagai satu-satunya bukti kehadiran Kerajaan Singasari atau Karangasem di Lombok, atau Kerajaan Mataram yang kemudian mengganti nama menjadi Cakranegara.

Arti Nama Taman Mayura

Balai Kambang di Taman Mayura, Kota Mataram. Taman ini merupakan salah satu objek wisata Lombok.
Balai Kambang di Taman Mayura, Kota Mataram. Taman ini merupakan salah satu objek wisata Lombok. (TRIBUNLOMBOK.COM/SIRTUPILLAILI)

Tentang nama Taman Mayura, muncul pada masa pemerintahan Anak Agung Gde Ngurah Karangasem.

Pada mulanya taman ini dikenal dengan nama Taman Kelepug, nama ini diambil dari bunyi kelepug-kelepug suara yang keluar akibat derasnya mata air yang ada di kolam (telaga) taman itu.

Semula kawasan Taman Mayura adalah kawasan hutan yang banyak ularnya.

Untuk itu diperlukan sejenis unggas pemangsa ular sebagai predator, yakni burung merak.

Pada masa pembangunan Taman Mayura, Taman Kelepug digunakan sebagai tempat memelihara burung merak, maka jadilah taman itu menjadi Taman Merak.

Nama lain burung merak dalam bahasa Sansekerta adalah Mayura.

Sejak itu Taman Kelepug berganti nama menjadi Taman Mayura (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman Nusa Tenggara Barat, 1998: 29).

Saat ini, Taman Mayura merupakan salah satu cagar budaya yang ada di Lombok.

Keberadaan Balai Kambang menjadi bangunan cagar budaya, serta dua benda cagar budaya yang masih ada seperti tiga pasang arca muslim dan dua pasang meriam di Taman Mayura.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved