WSBK Mandalika 2022
Himpunan Masyarakat Lombok di Jakarta Doa Bersama dan Seminar Sukseskan WSBK Mandalika 2022
Salah satunya datang dari warga Lombok di Jakarta yang tergabung dalam Himpunan Masyarakat Lombok (HIMALO) dan Laskar Sasak.
Penulis: Lalu Helmi | Editor: Dion DB Putra
Sedangkan sisanya 30 persen merupakan penduduk yang tidak produktif (usia di bawah 14 tahun dan di atas 65 tahun) pada periode tahun 2040-2045.
‘’Jika bonus demografi ini tidak dimanfaatkan dengan baik, maka akan membawa dampak buruk terutama masalah sosial seperti kemiskinan, kesehatan yang rendah, pengangguran, dan tingkat kriminalitas yang tinggi,” jelasnya.
Sejak pandemi Covid-19, lanjut Sahrir, pemerintah sudah mulai menggalakkan program bela dan beli produk dalam negeri. Di NTB sendiri, kata Sahrir, saat pandemi Covid-19 berlangsung, Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB telah menggelontorkan bantuan ke masyarakat berupa produk lokal yang dibeli dari UMKM setempat melalui program Jaring Pengaman Sosial (JPS).
Bahkan saat ini, pemerintah juga tengah menggalakkan program industrialisasi. "Perkembangan program industrialisasi di daerah kita (NTB, Red) cukup signifikan.
Karena memang program industrialisasi ini sangat kita butuhkan. Lebih-lebih pada tahun 2023 mendatang dengan adanya resesi ekonomi global," ujarnya.
WSBK Jadi trigger kebangkitan wisata NTB
Sementaraa mantan Managing Director The Mandalika, I Wayan Karioka menilai, event WSBK Mandalika 2022 ini bisa menjadi trigger kebangkitan wisata NTB.
Jadi, destinasi wisata lainnya harus segera berbenah, supaya bisa menjadi tujuan sekunder setelah Mandalika.
"Misalkan orang datang ke event WSBK itu bisa 3 hingga 4 hari. Mereka jangan di Mandalika terus, tapi mereka harus ke Sembalun, Senggigi, dan tempat-tempat wisata lainnya. Sehingga semua destinasi wisata yang ada, baik itu di Pulau Lombok dan Sumbawa harus digarap," kata I Wayan Karioka.
Hal ini penting, lanjut Oka, demikian I Wayan Karioka biasa disapa, agar tamu mancanegara maupun domestik yang datang ke NTB merasa aman, nyaman dan berkesan.
Dengan begitu mereka datang kembali. Artinya, tidak hanya datang sekali saja, lantaran tidak ada kesan yang dia dapatkan selama berkunjung ke NTB.
Memang sesuai data yang disampaikan oleh PHRI di Biro Pusat Statistik, Oka menyebut occupancy rate hotel sebelum event MotoGP itu berkisar antara 30 persen hingga 40 persen .
Tapi selama event MotoGP berlangsung, naik menjadi 100 persen . Meski lonjakan occupancy rate cukup tinggi, tapi itu bukan pengunjung loyal.
"Kalau mengkaji occupancy rate di Nusa Dua, Bali itu sekitar 80 persen . Dari angka tersebut, sebanyak 50 persen pengunjung loyal. Nah, NTB harus bisa menciptakan pengunjung-pengunjung yang loyal, supaya 30 % hingga 40 % occupancy rate ini bisa naik 75 % . Supaya para investor di sektor-sektor wisata itu layak untuk menanam modalnya di NTB," ungkap Oka.
Untuk menciptakan pengunjung loyal, menurut Oka, dari segi keamanan dan kenyamanan tamu harus benar-benar dijaga. Disamping juga ada atraksi-atraksi lain yang bisa memberikan kesan.
"Misalkan setiap tahun baru itu kesannya seperti ini, setiap event Bau Nyale itu kesannya seperti ini, sehingga tamu itu setiap tahun dan setiap event pasti akan datang lagi. Nah, ini yang perlu kita harapkan, agar digarap secara professional pada masing-masing event tersebut," kata Oka.