Wisata Lombok

Cidomo Gili Trawangan Mulai Ditinggalkan Wisatawan karena Sepeda dan Motor Listrik Menjamur?

Menjamurnya sepeda roda dua dan kendaraan listrik membuat moda transportasi Cidomo kalah saing di Gili Trawangan. Kini mulai ditinggalkan wisatawan.

Penulis: Jimmy Sucipto | Editor: Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM/JIMMY SUCIPTO
Cidomo yang digunakan sebagai alat transportasi di Gili Trawangan dan sedang terparkir di depan pelabuhan Gili Trawangan menunggu tamu yang turun dari speed boat, Selasa (25/10/2022). Gili Trawangan merupakan salah satu objek wisata Lombok, Provinsi NTB. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Jimmy Sucipto

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK UTARA - Cidomo merupakan salah satu alat transportasi yang sangat penting di Gili Trawangan, Lombok Utara.

Selain bisa mengangkut barang, Cidomo juga secara praktis bisa mengangkut sejumlah penumpang sekaligus.

Walau demikian, moda transportasi Cidomo mulai ditinggalkan wisatawan di Gili Trawangan. Hal ini disebabkan beberapa hal berikut ini.

Salah seorang Staff Operator Koperasi Janur yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan, Cidomo ditinggalkan akibat transportasi sepeda roda dua maupun sepeda listrik semakin menjamur.

Baca juga: Wisata Lombok, Naik Cidomo Seharga Mercedez Benz C-Class di Gili Trawangan

Lebih dalam kata staff Koperasi Janur tersebut menjelaskan, satu pengusaha penyewaan sepeda dapat memiliki 50 unit sepeda roda dua.

Dengan menjamurnya sepeda roda dua maupun sepeda listrik, Cidomo Gili Trawangan kalah saing.

Terlebih kata staff tersebut belum ada regulasi tetap yang mengatur jumlah kepemilikan sepeda roda dua saat ini.

"Dulu hanya boleh lima belas unit sepeda persatu jasa penyedia sewa sepeda. Kalau sekarang bisa sampai lima puluh unit," katanya.

Dan staff operator itu menyebut, jumlah banyak sepeda roda dua semakin tidak terkendali saat usai pandemi Covid-19.

Baca juga: Wisata Lombok, Daftar Harga Moda Transportasi di Gili Trawangan: Sepeda hingga Cidomo

Alhasil, pendapatan moda transportasi Cidomo pun menurun hingga 70 persen.

"Yang awalnya satu cidomo perharinya bisa menghasilkan satu jutaan rupiah, namun kini hanya Rp400 saja dan itu bisa dikatakan sudah banyak," jelasnya.

Sementara itu penjualan jasa Cidomo kerap diganggu oleh penyedia jasa sepeda saat menjualkan jasanya di depan wisatawan.

"Bayangkan saja saat kita menawarkan transportasi Cidomo di depan wisatawan, si penyedia jasa sewa sepeda mengatakan sepeda miliknya lebih murah dan praktis dibandingkan Cidomo di depan kami (kusir) dan wisatawan itu," tutur staff operator.

Hal tersebut sangat disesali penyedia jasa transportasi Cidomo.

Halaman
12
Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved