Gubernur Zulkieflimansyah Tanggapi Penilaian Soal Pertumbuhan Ekonomi NTB Tidak Berkualitas
Zulkieflimansyah tak bangga dengan pencapaian NTB yang menduduki posisi 7 provinsi dengan angka pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia.
Penulis: Lalu Helmi | Editor: Dion DB Putra
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Lalu Helmi
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Gubernur Nusa Tenggara Barat ( NTB) Zulkieflimansyah menanggapi penilaian Ketua DPW Partai Gelora NTB Lalu Pahrurrozi yang menyebutkan angka pertumbuhan ekonomi NTB tidak berkualitas.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu tak menampik anggapan tersebut.
Baca juga: Partai Gelora Menilai Pertumbuhan Ekonomi NTB 5,99 Persen Kurang Berkualitas, Simak Alasannya
Secara eksplisit, Bang Zul, sapaan akrab Zulkieflimansyah mengaku tak bangga dengan pencapaian NTB yang menduduki posisi 7 provinsi dengan angka pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia.
"Tidak berkualitas itu jargon ekonomi. Saya setuju dengan pendapat Mas Oji ( Lalu Pahrurrozi). Kenapa saya tidak bangga nomor 7 pertumbuhan ekonomi karena semua yang bagus itu karena ada eskpor sumber daya alam seperti pertambangan. Ini yang dalam istilah ekonomi disebut tidak berkualitas itu. Dan itu benar sekali. Baru mantap kualitas pertumbuhan ekonomi itu kalau merupakan buah dari industrialisasi," kata gubernur NTB, Sabtu (15/10/2022).
Zulkieflimansyah menjelaskan, program industrialisasi yang digalakkannya tidak dapat dirasakan hasilnya dalam waktu cepat.
"Masalahnya hasil industrialisasi itu tidak bisa dirasakan cepat. Butuh waktu dan prosesnya lama," kata doktor bidang ekonomi itu.
Sementara untuk sektor pariwisata, Bang Zul mengatakan pariwisata NTB akan segera pulih setelah diterjang dua bencana berturut-turut yakni gempa Lombok dan Covid-19.
Dengan banyaknya penerbangan langsung ke NTB, gubernur optimistis sektor pariwisata akan segera normal kembali.
Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) baru-baru ini merilis indeks pertumbuhan ekonomi seluruh provinsi di Indonesia. Capaian apik ditorehkan Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Provinsi yang dinakhodai Zulkieflimansyah dan Hj Sitti Rohmi Djalilah tersebut menempati urutan ketujuh pertumbuhan ekononi provinsi terbaik di Indonesia dengan angka 5.99 persen.
Torehan tersebut berada di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di angka 5.44 persen.
Data tersebut juga menunjukkan dari 5 destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Provinsi NTB menduduki posisi puncak jika dibandingkan provinsi-provinsi lain.
Nusa Tenggara Timur dengan DPSP Labuhan Bajo berada di peringkat 33. Sumatera Utara dengan DPSP Danau Toba di peringkat 28. Jawa Tengah dengan Borobudur hanya ada di posisi 13. Sulawesi Utara dengan DPSO Likupang ada di urutan ke 8 dan NTB dengan DPSP Mandalika di urutan 7.
Namun, jika diteliti lebih dalam, sektor pariwisata belum menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi NTB. Kontribusi sektor pariwisata pada struktur perekonomian NTB masih lemah.
Hal tersebut dikatakan Ketua DPW Partai Gelora NTB Lalu Pahrurrozi kepada TribunLombok.com, Jumat (14/10/2022).
Pahrurrozi mengungkap data, kue pertumbuhan ekonomi NTB sumber utamanya berasal dari sektor pertambangan. Yakni sekitar 3,95 persen dari pertumbuhan ekonomi NTB 5,99 persen, atau setara 65 persen dari seluruh sektor.
"Jadi pertumbuhan ekonomi 5,99 persen lebih karena keberuntungan, bukan sepenuhnya kinerja Gubernur. Kareba sektor utama penopangnya adalah sektor pertambangan," kata Pahrurrozi.
Magister ekonomi itu melihat pola yang sama terjadi pada Provinsi Papua yang bercokol di peringkat kedua pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan angka fantastis 14,38 persen.
Sebanyak 80 persen pertumbuhan ekonomi Papua bersumber dari sektor tambang.
"Kritik sebagian ekonom, momentum booming komoditas tidak diiringi kebijakan fiskal yang memadai; cenderung pro oligarki. Sehingga ketika ada kenaikan harga BBM, yang memikulnya ya rakyat lewat kenaikan harga. Mestinya beban kenaikannya bisa di-share lewat kenaikan pajak untuk komoditas tambang," ungkap Pahrurrozi.
Pemprov NTB Jangan Terbuai
Ia meminta pemprov NTB tidak terbuai dengan angka pertumbuhan ekonomi tersebut. Artinya, secara kualitas angka pertumbuhan tersebut tidak didadasarkan pada distribusi sektor yang merata.
Ilustrasinya seperti “frog on the block”. Sang katak menyangka, dialah yang mendorong kayu di atas sungai; ia tidak menghitung arus sungai yang mendorong pergerakan kayu.
"Jadi pertumbuhan ekonomi yang tinggi, lebih banyak disebabkan oleh melonjaknya harga komoditas. Tapi kemudian diklaim sebagai kisah sukses. Dan menasbihkan dirinya no 1 untuk daerah pariwisata. Itu misleading," kata Ketua DPW Partai Gelora NTB itu.
Menurutnya, Gubernur NTB harus lebih memberikan atensi terhadap sektor-sektor lain yang berkorelasi dengan hajat hidup orang banyak.
"Gubernur Zul perlu memperhatikan sektor-sektir lain yang banyak terhubung dengan tenaga kerja. Pertumbuhan ekonominya mesti berkualitas. Jika pertumbuhan ekonomi NTB berkualitas, maka secara perlahan kita bisa mengurangi ketergantungan kita untuk menyelesaikan pasar tenaga kerja kita dengan menjadi pekerja migran di luar negeri," ungkapnya. (*)
