Berita Artis

13 Kata-kata Bijak Rocky Gerung, Filsuf Akal Sehat yang Melankolik dengan Kesunyian

daftar kata-kata bijak, quotes, hingga pernyataan kritis Rocky Gerung yang sering dikutip publik.

Editor: Robbyan Abel Ramdhon
capture youtube.com
13 Kata-kata Bijak Rocky Gerung, Filsuf Akal Sehat yang Melankolik dengan Kesunyian - Rocky Gerung. 

TRIBUNLOMBOK.COM - Rocky Gerung adalah seorang intelektual Indonesia yang juga dikenal publik sebagai filsuf dari Universitas Indonesia.

Rocky Gerung aktif bersuara mengenai permasalahan-permasalahan sosial terkini dan kerap melayangkan kritikan tajam terhadap aturan-aturan negara.

Kepiawaiannya menyampaikan kritik dalam kerangka filsafat dan kemampuan retorika yang matang, Rocky Gerung hampir selalu mendapat dukungan publik dan membuat lawan debatnya kelimpungan.

Meski demikian, ada pula kalangan yang tak sependapat dengan Rocky Gerung. Terutama saat dirinya kerap mengusung semangat "akal sehat" dan menyebut lawan debatnya dungu.

Baca juga: Selain Sowan, Gibran Rakabuming Ganti Foto Profil Bareng Rocky Gerung: Tak Ada Lagi Cebong Kampret

Lantas seperti apakah pemikiran Rocky Gerung jika dicermati melalui kalimat-kalimat yang pernah dia lontarkan?

Sebagai informasi, berikut adalah daftar kata-kata bijak, quotes, hingga pernyataan kritis Rocky Gerung yang sering dikutip publik.

Kata-kata bijak Rocky Gerung:

1. Arogansi berasal dari mental penyembah. Ia meniru tuannya.

2. "Pernah", kata yang paling sempurna. Ia melampaui 'sudah' dan menjadikannya 'masih'.

Baca juga: Hadir di Mataram, Rocky Gerung Heran Kenapa Rektor Unram Menolak Dirinya Sebagai Pemateri di Kampus

3. Badai membuat kita rasional. Sunyi hutan itu sentimental. Dua-duanya menimbulkan rindu.

4. Filsafat itu tentang cara berpikir. Bukan cara menghamba.

5. Sunyi itu bunyi yang sembunyi.

6. Loyalitas guru bukan terhadap pemerintah, melainkan terhadap pengetahuan. Itu dalilnya.

7. Menipu itu kalau bukan karena kere, ya watak.

8. Cinta itu humor yang paling cerdas.

9. Menerangkan artinya menunjukkan kesalahan. Bukan menyembunyikannya.

10. Terlalu banyak cerita diri. Reformasi itu tempat belajar, bukan tempat selfie.

11. Masa depan tidak datang dengan menyalah-nyalahkan masa lalu.

12. Marah itu alami. Benci buatan.

13. Akademisi hanya berpihak pada akal sehat. Justru karena itu ia memberi kritik. Bukan menjadi buzzer penguasa.

 

Sumber: Bola.com

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved