Khazanah Islam
Bagaimana Hukum Jual Beli Online dalam Islam? Berikut Rukun dan Ketentuan Sebelum Transaksi
Dalam Islam dikenal jual beli salam, jauh sebelum berkembang jual beli online saat ini. Apa makna jual beli salam dan bagaimana rukunnya dalam Islam.
TRIBUNLOMBOK.COM - Di era digital saat ini jual beli online menjadi satu keniscayaan.
Masyarakat semakin marak menggunakan jual beli online untuk melakukan transaksi.
Terlebih banyak kemudahan didapatkan dengan transaksi jual beli online.
Kemajuan teknologi komunikasi dan beragam inovasi aplikasi di telepon pintar semakin memanjakan masyarakat kekinian.
Cukup dengan smartphone, semua transaksi bisa dilakukan.
Tapi bagaimana hukum jual beli online dalam Islam? Apakah Islam membolehkan atau mengharamkan?
Baca juga: Apa Itu Salat Lihurmatil Waqti? Keadaan, Niat, dan Tata Cara Melaksanakannya
Karena jual beli online ini merupakan hal baru tentu perlu dicari tahu bagaimana pandangan hukum Islam terkait jual beli online ini.
Sebagai seorang muslim yang baik, tentu harus berhati-hati melakukan sesuatu yang belum diketahui dasar hukum.
Berikut ini dasar-dasar dan prinsip jual beli dalam Islam sebagai dasar pandangan untuk memahami jual beli online ini.
Dalam hal jual beli online, kita perlu mengetahui tata cara jual belinya.
Dalam jual beli online ini pastikan para pembeli sudah melihat barangnya lewat aplikasi dan juga telah mengetahui harganya.
Juga berapa banyak barang yang akan dibeli.
Serta bagimana teknis pembayarannya.
Sehingga sudah jelas dan terang bagaimana transaksi ini berlangsung.
Jauh sebelum dikenal jual beli online, di dalam Islam telah dikenal istilah jual beli salam.
Jual beli salam ini maksudnya jual beli yang dilakukan dengan memesan barang yang akan dibeli.
Jual beli dalam bentuk salam ini dibolehkan selama diketahui berapa ukuran yang dipesan dan timbangannya.
Serta berapa lama waktu pengiriman atau waktu penerimaan barang oleh yang memesan barang.
Jika diqiyaskan dengan jual beli online, maka tentunya jual beli online ini hukumnya boleh.
Dalam kitab Tanwiirul Qulub, dijelaskan ada beberapa rukun jual beli dalam Islam.
1. Barang yang Dipesan
Barang yang dipesan harus jelas, sudah diketahui jenisnya.
Serta diketahui seluk beluk barang seperti ukuran, timbangan, jenis, warna, dan lain-lain.
2. Orang yang Memesan Barang
Dalam setiap transaksi jual beli harus jelas siapa pihak atau orang yang memesan barang. Sehingga transaksi bisa dilakukan.
3. Orang atau Tempat Memesan Barang
Tentunya transaksi jual beli tidak akan bisa terlaksana, jika tempat memesan barang tidak ada.
Dari tempat pemesanan barang meeka sudah menjelaskan secara jujur ukuran dan takaran barang yang akan dijual.
4. Modal atau Uang untuk Membayar
Kedua belah pihak sudah menyepakati harga dan cara pembayaran barang yang dipesan.
5. Shigoh atau Kesepakatan Kedua Belah Pihak
Transaksi jual beli baru bisa dilakukan jika kedua belah pihak. Antara penjual dan pembeli sudah sepakat dengan barang tersebut.
Tanpa ada kesepakatan, maka tidak sah jual beli tersebut.
Sehingga dalam Islam setiap jual beli ada akad sebagai bentuk kesepakatan.
Akad ini merupakan kesepekatan kedua belah pihak, antara yang memesan dan tempat memesan barang.
Akad bisa dalam bentuk lafaz maupun bentuk lainnya yang bisa difahami kedua belah pihak.
Dalam kitab Syarh Alyaqutunnafis karya Alhabib Muhammad bin Ahmad bin Umar Asysyathiri.
Dia menjelaskan, jual beli menggunakan perangkat seperti telepon dan semisalnya sah dalam Islam.
Sebab kedua belah pihak sudah membuat kesepakatan untuk melakukan transaksi.
وَأَمَّا البَيْعُ وَالشَّرَّاءُ بِالْمَكَاتِبَةِ وَالتَّوْقِيْعِ عَلَيْهِمَا، وَبِوَاسِطَةِ وَسَائِلِ الْاِتِّصَالِ الْحَديْثَةِ كَالتِّلِيْفَوْنِ وَالتَّلَكْسِ وَغَيْرِهِمَا...... فَاِنَّ هَذِهِ الْاَجْهَزَةَ اَصْبَحَ جَرَيَانِ التَّعَامُلُ بِوَاسِطَتِهَا وَبِوَاسِطَتِهَ يَتِمُّ الْبَيْعُ وَالشَّرَّاءُ وَالتَّعَامُلُ دَاخِلُ كُلِّ الدَّوْلِ
Artinya:
"Dan adapun jual beli dengan surat menyurat dan dengan tanda tangan kedua belah pihak didalamnya, dan juga dengan media perantara yang terbaru seperti telepon dan teleks dan semisalnya. Maka sesungguhnya dengan perangkat-perangkat ini telah berlangsung interaksi dengan perantaranya, dan dengan perantaranya pula menyempurnakan proses jual beli serta interaksi masuk ke setiap negara."
(*)
Tulisan ini merupakan karya Mashudi, mahasiswa KPI IAIH NW Lombok Timur.