Pemanfaatan Limbah Ternak sebagai Pupuk Padat Ramah Lingkungan di Sumbawa (Bagian 2)

Proses pembuatan bokashi secara sederhana terbagi menjadi dua tahap yakni tahap aktif dan tahap pematangan

Dok. UTS
Pelatihan pemanfaatan urine sapi sebagai pupuk cair Universitas Teknologi Sumbawa. 

Oleh Husni, S.Pt., M.Si

Proses pembuatan bokashi secara sederhana terbagi menjadi dua tahap. Yaitu, tahap aktif dan tahap pematangan. Pada tahap awal pembuatan bokashi, oksigen dan senyawa yang mudah terurai akan di gunakan oleh mikroba mesofilik.

Suhu akan meningkat dengan cepat hingga 50 – 70 derajat Celcius. Begitu juga dengan peningkatan pH kompos.

Mikroba yang aktif pada tahap pertama ini adalah mikroba termofilik, yaitu mikroba yang aktif di suhu yang tinggi.

Mikroba dengan memanfaatkan oksigen akan menguraikan bahan-bahan atau senyawa.

Setelah sebagian besar bahan atau senyawa terurai perlahan-lahan suhu akan turun.

Kemudian dilanjutkan tahap pematangan yakni pembentukan kompleks liat humus dan pengurangan bobot sebanyak 30 persen hingga 40 persen dari bobot awal.

Nilai bokashi pupuk kandang kotoran sapi tidak hanya ditentukan berdasarkan pasokan bahan organik tetapi besarnya pasokan nitrogen.

Nitrogen yang dilepaskan oleh aktivitas mikroorganisme kemudian dimanfaatkan oleh tanaman. Bokashi pupuk kandang kotoran sapi mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat fisik dan kimia tanah.

Penggunaan bokashi pupuk kandang kotoran sapi untuk mempertahankan kesuburan tanah merupakan bentuk praktek pertanian organik.

Penggunaan bokashi pupuk kandang kotoran sapi yang dipadukan dengan pupuk kimia, kapur pertanian dan tanaman legum serta didukung pengolahan tanah yang baik mampu pengendalian gulma.

Praktek pertanian yang lain akan berdampak baik pengembangan pertanian terutama pengembangan pertanian organik.

Urin atau air kencing ternak merupakan salah satu limbah yang dihasilkan dari usaha peternakan.

Pengelolaan urin yang kurang baik akan menjadi masalah untuk lingkungan sekitar.

Selain menimbulkan bau tak sedap, keberadaan urin yang tidak dikelola dengan baik menyebabkan gangguan kesehatan ternak sapi sendiri.

Satu ekor sapi dewasa mampu menghasilkan rata-rata 15 liter urin per haraish.

Salah satu teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan memanfaatkan urin sapi dengan mengolahnya menjadi pupuk cair yang sering disebut dengan nama “Biourin”.

Biourin merupakan pupuk cair yang berbahan dasar urin yang mengandung unsur yang lengkap yaitu nitrogen, fosfor, dan kalium dan unsur mikro yang lain yang bermanfaat untuk tanaman.

Penggunaan urin sapi sebagai pupuk organik akan memberikan keuntungan diantaranya harga relatif murah, mudah didapat dan diaplikasikan, serta memiliki kandungan hara yang dibutuhkan tanaman.

Kandungan urine sapi antara lain Nitrogen (N) : 1,4 hingga 2,2 persen , fosfor ( P ) : 0,6 hingga 0,7 persen , dan kalium ( K ) 1,6 hingga 2,1 persen. Urin sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk biourin dengan cara menginkubasinya terlebih dahulu hingga terdekomposisi.

Pada proses dekomposisi urin sapi ditambahkan lengkuas, kencur, kunyit, temulawak dan jahe.

Bau urin sapi diharapkan dapat dinetralisir dengan minyak atsiri yang terkandung dalam empon-empon.

Minyak atsiri tersusun atas eugenol, yang berfungsi sebagai antimikroba.

Sehingga, mikroba anaerob dalam proses pengomposan dapat berkurang.

Berkurangnya mikroba anaerob ini menyebabkan berkurangnya bau pada biourin.

Penggunaan pupuk di dunia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal pertanian.

Peningkatan jumlah ini juga disebabkan pertambahan penduduk, kenaikan tingkat intensifikasi serta makin beragamnya penggunaan pupuk

Dalam usaha usaha peningkatan hasil pertanian, para ahli lingkungan hidup khawatir dengan pemakaian pupuk kimia akan menambah tingkat polusi tanah.

Nantinya, cara itu berpengaruh akhirnya berpengaruh terhadap kesehatan manusia.

Penggunaan pupuk kimia secara berkelanjutan menyebabkan pengerasan tanah.

Kerasnya tanah disebabkan oleh penumpukan sisa atau residu pupuk kimia, yang berakibat tanah sulit terurai.

Sifat bahan kimia adalah relatif lebih sulit terurai atau hancur dibandingkan dengan bahan organik.

Pupuk organik padat lebih banyak dimanfaatkan pada usahatani.

Sedangkan limbah cair (urine) masih belum banyak dimanfaatkan.

Urin sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair sehingga dapat menjadi produk pertanian yang lebih bermanfaat yang biasa disebut dengan biourine.

Salah satu cara yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan memanfaaatkan limbah peternakan menjadi pupuk organik.

Untuk mencegah semakin merosotnya kesuburan tanah. Pupuk organik padat lebih banyak dimanfaatkan pada usahatani, sedangkan limbah cair (urine) masih belum banyak dimanfaatkan.

Urin sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair sehingga dapat menjadi produk pertanian yang lebih bermanfaat yang biasa disebut dengan biourine.

Penggunaan mikroorganisme pada pembuatan pupuk organik cair biasanya menggunakan EM4 yang dapat diperoleh di toko peternakan Mikroorganisme juga dapat di produksi sendiri dari bahan bahan alami (lokal) untuk mengurangi biaya produksi.

Mikroorganisme lokal (MOL) dapat diproduksi dari bahan nabati maupun hewani.

Miroorganisme yang berasal dari nabati menggunakan batang pisang, dan mikroorganisme hewani menggunakan kotoran ternak (feses).

Pemanfaatan mikroorganisme lokal (MOL) mempunyai keuntungan dari segi biaya yang relatif murah dan mudah didapatkan.

Berdasarkan hasil survey dari seluruh potensi maupun permasalahan di Kabupaten Bone.

Maka secara umum dapat dikatakan, permasalahan yang termasuk dalam lingkup sektor pertanian secara perlu ditangani secara serius.

Mengingat sektor peternakan dan pertanian merupakan sektor penghasil terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Bone.

Sektor peternakan dan pertanian merupakan sumber mata pencaharian utama masyarakat lokal dikabupaten bone.

Sektor ini sekaligus menjadi sektor dengan tingkat penyerapan tenaga kerja tertinggi.

Potensi limbah urine sapi sangat berlimpah.

Pada umumnya limbah urine belum dimanfaatkan secara maksimal dan biasanya juga hasil limbah tersebut dibuang percuma.

Hal ini disebabkan tingkat pengetahuan petani dan peternak dalam teknologi pemanfaatan limbah urine sapi.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu sentuhan teknologi dengan pemanfaatan limbah urine sapi.

Satu di antara salah satunya teknologi tersebut adalah teknologi fermentasi urine.

Untuk mengatasi perasalahan yang ada di Kecamatan Libureng, limbah urine sapi fermentasi dapat menjadi pupuk cair.

Sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat peternak dan menanggulangi penyebaran limbah di Kecamatan Libureng Kabupaten Bone.

2. Pemanfaatan Urine Sapi Kegiatan pengabdian yang dilakukan di Kecamatan Libureng Kabupaten Bone.

Pelaksanaannya diawali dengan survey ke lokasi untuk menentukan waktu yang tepat.

Selanjutnya menetapkan kelompok peternak sapi yang dipilih untuk memberikan pelatihan.

Selama ini peternak belum memanfaatkan, limbah urine sapi yang hanya dibuang begitu percuma.

Pemanfaatan urine sapi menjadi pupuk cair belum pernah dilakukan, karena peternak belum mengetahui cara pengolahan limbah urin sapi.

Oleh karena itu perlu dikenalkan pemanfaatan urine sapi sebagai pupuk cair melalui teknologi fermentasi sederhana yaitu amonia fermentasi (amofer).

Pada pertemuan dengan petani peternak diberikan penjelasan proses amonia fermentasi dengan menggunakan MOL (mikroorganisme lokal).

Materi pelatihan yang diberikan yakni teknik penampuangan urin sapi dan teknik fermentasi urine sapi menjadi pupuk cair organic ramah lingkungan.

Dengan adanya penyuluhan dan demo mengenai pemanfaatan urine sapi melalui teknologi fermentasi, ini akan sangat membantu peternak dalam dalam pembuatan pupuk cair raham lingkungan.

Penyuluhan dilakukan dengan metode ceramah dan demonstrasi.

Ceramah dilakukan untuk menyampaikan informasi tentang cara pembuatan pupuk cair dengan pemanfaatn limbah urine sapi.

Dalam materi penyuluhan ini dilakukan pula evaluasi proses (evaluasi efek) dalam bentuk pertanyaan kontrol dengan tujuan untuk melihat perhatian dan minat peserta khususnya petani mengenai materi ini.

Urine sapi merupakan sisa ekresi dari metabolisme yang dilakukan oleh sapi.

Urine sapi hanya dibiarkan terbuang dengan percuma oleh para petani.

Petani hanya menampung kotoran dari sapi untuk dimanfaatkan sebagai pupuk kandang.

Murniyati dan Safriani (2012) menyebutkan “Urine sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair karena kandungan zat hara pada urine sapi, terutama kandungan nitrogen, fosfor, kalium, dan air lebih banyak.”

Berdasarkan fakta tersebut maka urine sapi layak dimanfaatkan untuk pupuk cair bagi tanaman para petani.

Selain sebagai pupuk cair, urine sapi dapat dimanfaatkan sebagai pestisida pembasmi hama pada tanaman.

Marlina (2012) menyebutkan “sampai saat ini hanya urine sapi yang diketahui berkhasiat sebagai pestisida”.

Urine sapi dapat dimanfaatkan sebagai pestisida ramah lingkungan karena mengandung unsur yang mampu mengusir dan membunuh hama tanaman yang menyerang tanaman para petani.

Husni, S.Pt., M.Si adalah Dosen Prodi Peternakan Fakultas Ilmu dan Teknologi Hayati Universitas Teknologi Sumbawa.

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved