Salat Idul Adha Wajib atau Sunnah? Simak Penjelasan Ustadz Dilengkapi Amalan yang Bisa Dikerjakan
Saat hari raya Idul Adha tiba umat musim menjalankan salat Idul Adha. Lalu, apakah salat Idul Adha merupakah hal yang wajib atau sunnah?
TRIBUNLOMBOK.COM - Saat hari raya Idul Adha tiba, biasanya umat musim menjalankan salat Idul Adha.
Lalu, apakah salat Idul Adha merupakah hal yang wajib untuk dilakukan atau sunnah?
Seperti yang diketahui, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama menetapkan Hari Raya Idul Adha jatuh pada Minggu (10/7/2022).
Sedangkan Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan Idul Adha jatuh pada Sabtu (9/10/2022).
Lalu apa hukum melaksanakan salat Idul Adha dan amalam apa saja yang disunahkan dikerjakan saat Hari Raya Kurban ini?
Dilansir dari tayangan YouTube Surabaya Mengaji untuk membahas hukum Salat Idul Adha.
Ustaz Abu Ubaidah Yusuf As Sidawi menjelaskan Jumhur Ulama berpendapat bahwa hukum Salat Idul Adha adalah sunah muakad.
Namun juga terdapat beberapa ulama yang berpendapat, Salat Hari Raya Idul Adha adalah Fardhu Ain yang hukumnya wajib.
"Jumhur ulama atau sebagian besar ulama berpendapat bahwa Salat Idul Adha hukumnya sunah muakad, tidak sampai pada wajib.
Namun sebagian ulama juga berpendapat bahwa hukumnya wajib karena fardhu ain bagi Muslim yang baligh dan berakal," ungkapnya.
Meskipun terdapat perbedaan pendapat ulama tentang hukum menunaikan Salat Idul Adha, Ustaz Abu mengimbau untuk tidak lalai
Apabila tidak dalam keadaan uzur, lebih baik mengerjakan Salat Idul Adha.
"Dan ini pendapat yang lebih hati-hati terlepas apakah sunah muakad atau wajib.
Hendaknya bagi kita untuk melaksanakan Salat Idul Adha dan Idul Fitri, kecuali kalau ada uzur," pungkasnya.
Pada Hari Raya Idul Adha juga menyimpan banyak amalan-amalan sunah.
Apabila amalan sunah ini dikerjakan maka akan mendapat pahala, namun jika tidak menunaikannya juga tidak apa-apa.
Dikutip dari Buku Himpunan Putusan Tarjih PP Muhammadiyah melalui Tribunnews.com, dikatakan terdapat 5 amalan sunah Idul Adha.
1. Mengumandangkan takbir
Sudah tidak asing ditelinga masyarakat dengan takbir yang berkumandang saat Hari Raya Idul Adha.
Takbir yang bisa dikumandangkan saar Hari Raya Idul Adha adalah takbir mursal dan muqayyad.
Waktu takbiran mursal bisa dimulai pada waktu terbenamnya matahari di 9 Dzulhijjah hingga khatib selesai khutbah Idul Adha.
Kemudian takbir muqayyad bisa dikumandnagkan mulai dari waktu Subuh di 9 Dzulhijjah hingga setelah Ashar di tanggal 13 Dzulhijjah.
Dari kedua jenis takbir ini tidak memiliki perbedaan lafaz yang diucapkan.

2. Melaksanakan salat Idul Adha
Jumhur ulama berpendapat bahwa Salat Idul Adha hukumnya sunah muakad, tidak sampai pada wajib.
Bahkan perempuan yang sedang haid juga diperintahkan Nabi Muhhammad SAW untuk hadir Salat Idul Adha.
Namun perempuan haid tidak boleh menunaikan salat, hanya mendengar pesan-pesan khutbah Idul Adha saja.
Diriwayatkan dari Ummu ‘Athiyah al-Anshariyah ia berkata:
"Rasulullah saw memerintahkan kami untuk menyertakan gadis remaja, wanita yang sedang haid, dan wanita pingitan.
Adapun wanita yang sedang haid supaya tidak memasuki lapangan tempat salat, tetapi menyaksikan kebaikan hari raya dan dakwah yang disampaikan khatib bersama kaum muslimin." (HR. Ahmad)
3. Hendaknya makan setelah salat Idul Adha
Esensi dianjurkan makan sebelum berangkat salat Idul Fitri adalah agar tidak disangka hari tersebut masih hari berpuasa.
Sedangkan untuk shalat Idul Adha dianjurkan untuk tidak makan terlebih dahulu adalah agar daging qurban bisa segera disembelih dan dinikmati setelah shalat Id.
Dengan tidak makan terlebih dahulu sebelum shalat Idul Adha, maka seseorang akan lebih bersemangat dan bersegera dalam menyembelih hewan qurban dan menikmatinya bersama-sama.
Hal ini didasari pada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh At Tirmizi berikut.
"Rasulullah saw pada hari Idul Fitri tidak keluar sebelum makan, dan pada hari Idul Adha tidak makan sehingga selesai salat." (HR. AtTirmizi).

4. Berpakaian rapi dan mandi
Saat memasuki Hari Raya Idul Adha, umat muslim dianjurkan untuk mandi terlebih dahulu.
Kemudian menggunakan pakaian terbaiknya dan berhias serta memakai wangi-wangian.
Diriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad dari ayahnya dari kakeknya, Nabi saw selalu memakai wool (Burda) bercorak (buatan Yaman) pada setiap ‘Id. (HR. Asy-Syafi’i dalam kitabnya Musnad asy-Syafi’i).
Diriwayatkan dari Zaid bin al-Hasan bin Ali dari ayahnya ia mengatakan:
"Kami diperintahkan oleh Rasulullah saw pada dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha) untuk memakai pakaian kami terbaik yang ada, memakai wangiwangian terbaik yang ada.
Dan menyembelih binatang kurban tergemuk yang ada (sapi untuk tujuh orang dan unta untuk sepuluh orang) dan supaya kami menampakkan keagungan Allah, ketenangan dan kekhidmatan." (HR. Al-Hakim dalam kitabnya al-Mustadrak, IV: 256).
5. Memilih jalan yang berbeda saat Salat Idul Adha
"Nabi saw mendatangi shalat Id berjalan kaki dan beliau pulang melalui jalan lain dari yang dilaluinya ketika pergi". (HR. Ibnu Majah)
Di antara hikmah kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membedakan antara jalan pergi dan pulang adalah agar banyak bagian bumi yang menjadi saksi bagi kita ketika beramal.
(TribunPalu/Hakim)
Artikel ini telah tayang di TribunPalu.com dengan judul Salat Idul Adha Wajib atau Sunnah? Ini Daftar Amalan yang Bisa Dikerjakan saat Hari Raya Kurban