Gubernur NTB: Menghilangkan Joki Cilik dari Arena Pacuan Kuda Butuh Proses

Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Zulkieflimansyah mengaku butuh proses untuk menghilangkan peggunaan joki cilik dari arena pacuan kuda.

Penulis: Galan Rezki Waskita | Editor: Sirtupillaili
Dok.IMR
Anak-anak di Pulau Sumbawa menjadi joki dalam lomba pacuan kuda yang menjadi salah satu objek wisatadi NTB. 

Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Galan Rezki Waskita

TRIBUNLOMBOK.COM, SUMBAWA - Pacuan Kuda atau Main Jaran dalam bahasa Sumbawa telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di Pulau Sumbawa.

Bentuk kebudayaan ini tidak jarang melibatkan anak di bawah umur sebagai joki cilik.

Bersama ini, Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Zulkieflimansyah juga mengungkapkan keresahannya.

Di arena Pacuan Kuda Angin Laut, Penyaring, Sumbawa, Gubernur Zul menyatakan, tidak sepakat dengan digunakannya anak kecil dalam pacuan kuda.

Sebagai pertimbangan, banyak anak kecil yang tertinggal pelajaran sekolah karena mengikuti aktivitas tersebut selama berminggu-minggu.

"Sehingga para joki tidak tertinggal dalam hal pendidikan. Karena pendidikan penting untuk masa depan mereka," kata Gubernur Zul, Kamis (23/6/2022).

Baca juga: Dua Joki Cilik Kehilangan Nyawa di Arena Pacuan Kuda, Aktivis Anak Desak Gubernur NTB Bersikap

Tidak hanya itu, ia juga berbicara soal aspek keselamatan para joki cilik.

Namun demikian, ia memahami keikutsertaan anak kecil dalam pacuan kuda sudah menjadi sesuatu yang identik.

Selain itu, keikutsertaan anak kecil juga sudah dipandang sebagai hal biasa oleh masyarakat di Pulau Sumbawa.

Karenanya, Zul merasa perlu berbicara dengan bahasa yang sederhana dan memberikan pandangannya pada semua pegiat pacuan kuda.

"Kita sedang berbicara dengan para komunitas kita yang paling bawah. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami, karena kalau bahasanya berlebihan tidak mungkin," katanya.

"Semakin dilarang akan tetap juga dilakukan. Jadi intinya memang butuh proses," jelas Bang Zul.

Bersama ini, pemerintah telah menetapkan sistem sekolah malam dengan guru pendamping bagi para joki cilik.

Pemerintah juga berupaya mempertegas jenis dan ukuran kuda dalam kompetisi melalui Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (PORDASI).

Tindakan tersebut dilakukan mengingat jenis dan ukuran kuda mempengaruhi keharusan joki cilik ada atau tidak ada dalam gelaran pacuan.

Pacuan Kuda menjadi perhatian pemerintah bukan sekedar mempertahankan kebudayaan yang sudah ada.

Pacuan Kuda dipandang sebagai sekotor yang mampu mendukung pengembangan UMKM masyarakat.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved