Cerita Pepadu Angin Ribut, Bertarung sejak Bangku SD hingga Mendirikan Pangguyuban Peresean
Sahnan atau dikenal dengan julukan Angin Ribut merupakan seorang pepadu (petarung) peresean yang disegani di Pulau Lombok.
Penulis: Jimmy Sucipto | Editor: Sirtupillaili
"Tidak ada habisnya saya hujani musuh dengan pukulan rotan hingga pluit istirahat," beber Angin Ribut.
Pukulannya yang brutal ini membuatnya disegani pepadu lainnya.
"Pada umur 25 tahun ke atas, saya selalu mengalahkan musuh di bawah ronde tiga, kalau bisa bertahan berarti dia kuat," tekan Angin Ribut.
Namun, ia merendah dengan mengatakan ada musuh yang lebih kuat dari dirinya.
Meski sering menang, ia tetap mengatakan bahwa ia juga pernah kalah.
Dengan kemenangan dan kekalahannya itu, Angin Ribut tidak menampik adanya ilmu hitam di setiap pertandingan peresean.
"Mohon maaf ya, ada beberapa ilmu hitam yang pernah membuat saya kalah," tuturnya.
Angin Ribut mengatakan, beberapa ilmu hitam seperti pergelangan tangan kaku, rotan (penjalin) licin, hingga tidak bisa melihat musuh dengan jelas.
Adapun perang ilmu hitam turut dipraktikan oleh beberapa orang yang duduk di barisan penonton.
"Yang duduk-duduk di bagian pepadu itu juga turut menggunakan. Ilmu hitamnya digunakan selain untuk bertahan juga untuk menyerang," jelas Angin Ribut.
Namun, Angin Ribut sudah tidak berkecimpung lagi di dalam arena sebagai pepadu.
Dia memilih menjadi wasit utama sekaligus pendiri Pangguyuban Peresean Angin Ribut.
Sebagai wasit, Angin Ribut sering mendapati perbedaan pendapat antar pangguyuban yang bertarung di dalam arena karena penilaian juri.
"Padahal kita sudah se-normal mungkin dan se-netral mungkin, tapi tetap diprotes," tuturnya.
Penilaian juri sendiri diambil dari beberapa hal, pukulan di pinggang nilai 1, bagian badan nilai 2, bagian kepala nilai 3.