Suhu Panas Melanda Indonesia, Wilayah NTB dan NTT Terparah Kena Dampaknya

BMKG mengatakan, suhu panas terik yang terjadi di wilayah Indonesia bukan merupakan fenomena Gelombang Panas.

Editor: Dion DB Putra
Shutterstock
Ilustrasi cuaca panas. 

TRIBUNLOMBOK.COM- Peneliti BRIN Andi Pangerang mengatakan, wilayah selatan Indonesia seperti Nusa Tenggara Barat ( NTB) dan Nusa Tenggara Timur akan mengalami dampak terparah akibat suhu panas.

Dikutip dari Instagram @infobmkg, BMKG mencatat suhu maksimum yang terukur sejak 1-7 Mei 2022 berada di kisaran 33-36,1 derajat celcius.

Beberapa wilayah seperti Tangerang, Banten dan Kalimarau, Kalimantan Utara memiliki suhu maksimum mencapai 36,1 derajat celcius.

Baca juga: Hari Ini 207 Tahun Lalu: Letusan Tambora Membuat Eropa Tanpa Musim Panas, 71 Ribu Orang Tewas

Baca juga: Kunci Jawaban Tebak Gambar Level 12, Lengkap dengan Pembahasan Serta Ilustrasi Gambar di Soalnya!

BMKG mengatakan, suhu panas terik yang terjadi di wilayah Indonesia bukan merupakan fenomena Gelombang Panas.

Kalau demikian, apa penyebab terjadinya suhu panas yang sedang melanda wilayah Indonesia dan di mana saja? Berikut penjelasan peneliti BRIN Andi Pangerang.

Penyebab suhu panas

Peneliti Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang menjelaskan, ada tiga faktor yang menyebabkan suhu panas di Indonesia saat ini.

"Ada tiga faktor utama yang menyebabkan suhu panas terjadi sejak akhir April hingga diperkirakan nanti bulan Juni mendatang," katanya kepada Kompas.com, Selasa (10/5/2022).

Pertama,  faktor astronomis letak matahari yang masih berada di atas wilayah Indonesia, meskipun sudah agak bergeser ke utara.

Meskipun hari tanpa bayangan berakhir sejak 4 April 2022 lalu, kata Andi, tapi intensitas radiasi mataharinya masih meningkat, sehingga radiasi yang diterima oleh permukaan bumi menjadi maksimum.

Kedua,  faktor tutupan atau liputan awan yang masih terhitung sangat sedikit di wilayah udara Indonesia.

Tutupan awan dapat berguna untuk menutupi permukaan bumi dari radiasi matahari secara langsung.

"Apalagi di masa pancaroba seperti ini dari musim penghujan ke musim kemarau itu jumlah awan yang terbentuk itu juga sedikit, sehingga tutupan awan juga sedikit, sehingga radiasi matahari yang diterima permukaan bumi itu juga akan lebih besar," kata Andi.

Ketiga,  faktor kondensasi atau pendinginan karena efek pendinginan yang sudah selesai di belahan bumi yang mengalami musim dingin.

Terjadinya musim dingin di belahan dunia yang memiliki empat musim juga dapat mengurangi suhu panas di wilayah-wilayah tropis seperti Indonesia.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved