Mengenal Tembakau Bageq Rempung Khas Mandalika, Tetap Laris Saat Ramadhan

Dusun Bagik Rempung menjadi daerah penyumbang tembakau terbesar di Mandalika. 

Penulis: Sinto | Editor: Lalu Helmi
TRIBUNLOMBOK.COM/SINTO
Tembakau Bageq Rempung Khas Mandalika 

Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Sinto

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - Tembakau memiliki rasa dan aroma yang khas yang menjadi karakteristik tembakau di suatu daerah. 

Termasuk tembakau asal Mandalika tepatnya di Dusun Bagik Rempung, Desa Pengengat yang merupakan salah satu dari 18 desa penyangga Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika. 

Dusun Bagik Rempung menjadi daerah penyumbang tembakau terbesar di Mandalika. 

Baca juga: Rani Pranita, Duta Inspirasi Indonesia 2022 Asal Lombok Sebut Pernah Jadi ART Demi Biaya Kuliah

Baca juga: Masjid Kuno Bayan Beleq Lombok, Jejak Pengikut Sunan Kalijaga Hingga Dikelilingi Makam Para Ulama

Amaq Wulan (47), pedagang tembakau asal Bagik Rempung, Desa Pengengat merupakan sosok yang baru setahun ini berjualan di Pasar Sengkol Mandalika. 

Ia menjual berbagai jenis tembakau yang di mana tembakau ini, ia produksi langsung di Dusunnya di Bagik Rempung. 

Namun, kadang-kadang ia juga membeli tembakau warga sekitar atau tetangga terdekatnya jika stok yang ia produksi sudah habis.

Kadang-kadang ia juga menjual tembakau yang berwarna hitam atau biasa disebut mako berang. 

Tembakau jenis ini biasanya lebih disukai oleh kawula muda. 

Harganya lebih murah namun rasanya memang lebih keras sehingga lebih cocok dengan karakteristik anak muda yang menyukai tantangan. 

Terdapat juga tembakau Sene yang harganya bisa mencapai Rp 250 ribu satu tumpi. 

Tembakau jenis ini merupakan jenis tembakau yang paling mahal sehingga masyarakat Sasak jarang yang membelinya. 

Biasanya jenis tembakau ini dijual ke berbagai daerah di Indonesia untuk diproduksi lebih lanjut. 

Tumpi adalah istilah yang digunakan oleh orang Sasak yang menunjukkan satu gulungan tembakau yang sudah diiris-iris. 

Amaq Wulan sebenarnya juga menjual berbagai jenis tembakau. 

Namun saat ditemui Tribunlombok.com di tempat ia melapak, tampak hanya satu jenis tembakau yang ia jual. 

"Tembakau yang saya jual ini berwarna gading. Ini adalah yang paling banyak dicari oleh warga sekitar Mandalika karena harganya yang terjangkau. Pelanggan saya bisa membeli sesuai dengan budget mereka," jelas Amaq Wulan. 

Ia, Amaq Wulan memang tidak mau ambil pusing dengan mematok harga tertentu kepada pelanggannya. 

Pelanggannya bisa membeli mulai harga Rp 5 ribu hingga ratusan ribu. 

Harga satu tembakau yang digulung besar ia patok dengan harga Rp 60 ribu. 

"Kalau di luar Ramadan saya bebaskan pelanggan saya untuk mencoba alias menghisap tembakau. Ini biar mereka tau rasanya sehingga bisa menentukan tembakau mana yang akan dibeli," ujar Amaq Wulan. 

Menjelang akhir bulan Puasa atau jelang bulan Syawal tembakau Amaq Wulan biasanya lebih laris manis. 

Hal ini karena banyaknya acara begawe atau nikahan orang Sasak yang dilakukan pada bulan Syawal. 

Kebiasaan orang Sasak pada bulan Syawal pemuda dan pemudinya banyak yang melamar gadis pujaan hati mereka atau biasa disebut kawin culik. 

Kebutuhan tembakau tentu akan semakin meningkat jika banyak acara-acara adat besar diselenggarakan. 

Tembakau atau dalam bahasa Sasak disebut dengan mako ini menjadi kebutuhan yang tidak tergantikan jika ada acara Kumpul-kumpul atau musyawarah masyarakat suku Sasak Lombok. 

Harganya yang murah dapat menghemat pengeluaran ketika digelar acara adat-adat Sasak.

 

(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved