Kisah Diany Asritisthia, Kartini Muda Lombok Tengah, Rawat Seni Tradisi di Tengah Arus Globalisasi
Diany Asritisthia, seorang perempuan yang berasal dari Tiwu Galih, Kecamatan Praya, Kabupaten Lombok Tengah (Loteng).
Penulis: Lalu M Gitan Prahana | Editor: Maria Sorenada Garudea Prabawati
Laporan Wartawan Tribunlombok.com Lalu M Gitan Prahana
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - Seperti diketahui Hari Kartini dirayakan setiap tanggal 21 April di Indonesia.
Kelahiran Kartini sangat penting, karena dia dianggap sebagai tokoh perempuan yang telah memperjuangkan kesetaraan untuk perempuan.
Perjuangan Kartini kemudian menjadi inspirasi untuk para perempuan di Indonesia saat ini.
Berbagai cara dilakukan, bukan saja dalam aspek kesetaraan namun juga menjaga serta merawat berbagai kekayaan kebudayaan yang dimiliki oleh Indonesia.
Seperti yang dilakukan oleh Diany Asritisthia, seorang perempuan yang berasal dari Tiwu Galih, Kecamatan Praya, Kabupaten Lombok Tengah (Loteng).
Baca juga: Aksi Hari Kartini di NTB: Perempuan Berbaju Adat Demo Kantor Dewan, Sentil Soal Harga Minyak Goreng
Kecintaanya terhadap seni tari sudah tumbuh sejak kecil, bahkan sejak duduk bangku taman kanak-kanak.
"Sejak kecil, dari TK sudah ikut pentas menari kemudian berlajut hingga sekarang," terangnya Kamis (21/4/2022).
Bahkan dibangku perkuliahan untuk jenjang S1 dan S2, ia memutuskan untuk mengambil jurusan seni tari di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Ia mengakui berbagai genre tari sudah pernah dipelajari dan dipentaskan, mulai dari modern dance, kontemporer, balet hingga hiphop.
"Namun sekarang saya sudah fokus ke tradisional, yakni seni tari tradisi Sasak," terang Diany.
Sebab baginya kesenian tradisional sasak saat ini sudah mulai kurang diminati, terutama dikalangan muda.
Baca juga: Warga Lombok Timur Akui Diusir Paksa Seusai 11 Tahun Tinggal di Tanah Pemerintah, Ini Penjelasan BPD
"Sehingga inilah tugas kita sebagai generasi muda untuk terus menjaga dan merawat seni tari sasak ditengah arus globalisasi ini," lanjut Diany.
Berbagai cara dilakukannya untuk terus mempertahankan serta mengenalkan seni tradisional sasak, baik ditingkat nasional hingga internasional.
Diantaranya ia pernha menjadi koreografer dalam tari Waran Dende Mandalika dalam uji Koreografi 3 di Yogyakarta, Event tari Internasional dalam rangka celebrating internasional day of disabled persons (On Display and Instalation by Heldy Latski feat Nalitari)