Bulan Ramadhan

Serunya 'Liga Ramadhan' di Mataram, Tradisi Anak Muda Menunggu Sahur dengan Bermain Bola

Berbagai kegiatan dilakukan pemuda di Kota Mataram untuk menghabiskan malam Ramadhan, salah satunya dengan bermain bola hingga jelang sahur.

Penulis: Jimmy Sucipto | Editor: Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM/REZA EKA ADI NUGRAHA
Pertandingan sepak bola jalanan pemuda untuk mengisi waktu menuju santap sahur, di Kota Tua Ampenan, Mataram, Nusa Tenggara Barat, Jumat (08/04/2022). 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Jimmy Sucipto

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM – Berbagai kegiatan dilakukan pemuda di Kota Mataram untuk menghabiskan malam Ramadhan.

Tidak hanya ibadah dan membaca Alquran, sebagian juga menghabiskan waktu dengan membuat permainan.

Mulai dari lomba lari hingga bermain bola antar kampung di tengah malam.

Seperti para pemuda di Ampenan, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Mereka memiliki kebiasaan menghabiskan malam hari dengan bermain bola di jalan raya.

Setiap malam Ramadhan, semabari menunggu waktu sahur, para pemuda di Ampenan bermain bola menggunakan bola plastik.

Meski tanpa alas kaki dan bermain di atas aspal yang keras, para pemuda di kota tua Ampenan ini seolah tidak takut dengan risiko bila terjatuh.

Baca juga: Euforia Malam Ramadhan di Taman Udayana, Nuansa Car Free Day hingga Jelang Sahur

Baca juga: Tradisi Unik Ramadhan di Lombok Bederus

Salah satu lokasi tempat mereka bermain ada di samping Kelenteng Kota Tua Ampenan. Sekitar 50 meter dari Pantai Ampenan.

TribunLombok.com menyaksikan langsung serunya pertandingan bola pemuda antar lingkungan tersebut.

Dengan penceahayaan seadanya, tepat pukul 00.00 WITA, para pemuda bermain adu gengsi bak pertandingan liga atau sebut saja semacam "Liga Ramadhan".

Berbeda dengan lomba lari, sepak bola jalanan ini adalah permainan yang dimainkan dua tim untuk mencapai skor yang sudah ditentukan.

Pada praktiknya, kedua tim itu harus bermain dengan kecepatan tinggi.

Serta tanpa alas kaki demi kemenangan yang mereka tuju.

Pertandingan sepak bola jalanan pemuda untuk mengisi waktu menuju santap sahur, di Kota Tua Ampenan, Mataram, Nusa Tenggara Barat, Jumat (08/04/2022).
Pertandingan sepak bola jalanan pemuda untuk mengisi waktu menuju santap sahur, di Kota Tua Ampenan, Mataram, Nusa Tenggara Barat, Jumat (08/04/2022). (TRIBUNLOMBOK.COM/REZA EKA ADI NUGRAHA)

Uniknya, terkadang permainan harus terhenti akibat bola sempat masuk ke dalam got.

Kadang pertandingan dihentikan sementara karena ada sepeda motor melintas hingga bola plastik penyok.

Bola yang mereka gubakan merupakan bola plastik yang sudah kempes.

Bukan bola blitter seperti yang dipergunakan pada pertandingan resmi.

Bola plastik sengaja mereka gunakan agar bola lebih mudah dikontrol di lapangan jalan raya.

Sehingga bola tersebut tidak mudah melayang ke udara. Bolah hanya bisa ditendang mendatar.

Bila ingin mencetak gol, bola masuk ke dalam jala gawang yang ditandai garis air, serta sendal sebagai tiangnya.

Tak ayal, bola yang harus mendatar itu menyebabkan kiper yang menjaga gawangnya itu harus memposisikan diri tiarap.

Selain permainan sepak bola yang seru dan menguras tenaga, tidak lupa ada harga yang menjadi taruhan mereka dalam bermain sepak bola.

Dengan pertandingan antar tim, maka dipastikan, akan ada gabungan modal yang akan dipertaruhkan.

Tidak tanggung-tanggung, bisa mencapai 50 ribu hingga beberapa ratus ribu per satu pertandingannya.

Pertandingan sepak bola jalanan pemuda untuk mengisi waktu menuju santap sahur, di Kota Tua Ampenan, Mataram, Nusa Tenggara Barat, Jumat (8/4/2022).
Pertandingan sepak bola jalanan pemuda untuk mengisi waktu menuju santap sahur, di Kota Tua Ampenan, Mataram, Nusa Tenggara Barat, Jumat (8/4/2022). (TRIBUNLOMBOK.COM/REZA EKA ADI NUGRAHA)

Saat dimintai keterangan TribunLombok.com, seorang pemuda yang tidak ingin disebutkan namanya itu mengaku, uang yang dipergunakan adalah uang jajannya sehari-hari.

“Ini uang yang kami kumpulkan masing-masing sangu dari orang tua, hingga uang yang kemarin kami berhasil menangkan, kami turut akumulasikan kembali di malam ini,” ucapnya.

Meski menggunakan uang sungguhan, tetapi tidak ada kericuhan, tidak ada permainan curang, maupun anarkisme dari antar tim yang tidak terima.

Karena mereka hanya mencari kesenangan.

Bahkan antar pemain sudah saling mengenal, meski harus bermain di tim yang berbeda.

“Saya kenal mereka, mereka kenal saya, dan bahkan ada yang satu sekolah, tapi namanya beda kampung, ya beda tempat kita main,” jawabnya.

Pertandingan yang berlangsung hingga jam sahur, pukul 03.00 WITA.

TribunLombok.com sempat menanyakan sumbangsih mereka kepada sekolah masing-masing.

Di luar dugaan, mereka yang bermain di sepak bola jalanan ini notabene punggawa sekolah menengah atas yang ada di Mataram, dan pernah juara.

“Kalau tanding bawa nama sekolah dan menang, paling dapat piala, kalau ini kita bisa dapat uang,” tambahnya sambil tertawa.

Selain itu, uang hasil menang mereka akan dibagi secara rata, disisihkan secara bersama agar dibelanjakan untuk menjadi minuman dingin pelepas dahaga, ataupun menjadi rokok.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved