Rizqi Wood Gallery, Tempat Beli Mebel Kayu Jati Lombok Bernilai Seni

Pohon jati sendiri memiliki rata-rata ketinggian 50-70 meter dan berdaun besar.

Penulis: Robbyan Abel Ramdhon | Editor: Lalu Helmi
TRIBUNLOMBOK.COM/ROBBYAN ABEL RAMDHON
Rizqi Wood Gallery, Senggigi, Batu Layar, Lombok Barat. 

Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Robbyan Abel Ramdhon

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK BARAT - Dalam dunia mebel, kayu jati merupakan kayu bermutu tinggi hingga produk yang dihasilkannya cenderung memiliki harga mahal.

Pohon jati sendiri memiliki rata-rata ketinggian 50-70 meter dan berdaun besar.

Setelah menjadi produk mabel, baik kursi atau meja, kayu jati bisa bertahan lama.

Baca juga: Intip Joglo Indonesia di Lombok, Tempat Beli Bangunan Kayu Antik Khas Rumah Adat Jawa

Baca juga: 5 Makanan untuk Meningkatkan Metabolisme Tubuh, Kayu Manis hingga Lemon

Eko Santoso (47), pengusaha mebel kayu jati, menyebut produk mabel dari kayu jati bisa diwariskan karena keawetannya yang bertahan lama.

"Selama-lamanya, bisa diwariskan ke anak-cucu," ungkapnya, Minggu (13/3/2022).

Pemilik perusahaan mebel Rizqi Wood Gallery Lombok ini, telah menggeluti bidangnya lebih dari sepuluh tahun.

Selama ini, ia telah mengirim karyanya hingga ke berbagai belahan dunia, terutama ke benua Eropa.

"Pembeli lokal juga banyak," sambungnya, sembari menceritakan pengalamannya berjualan.

Produk mebel atau souvenir berbahan kayu jati yang dijual Eko memiliki harga variatif.

Mulai dari Rp25 ribu, Rp75 ribu, Rp750 ribu, Rp4 juta, hingga Rp50 juta.

"Itu, meja besar yang terbuat dari akar jati," katanya, menunjuk salah satu meja dengan kaki membentuk seperti akar pohon.

Rizqi Wood Gallery terletak di Jalan Raya Meninting, Kecamatan Batu Layar, Lombok Barat.

Tempat ini buka setiap hari, mulai pukul 08.00 WITA hingga 22.00 WITA.

Menurut Eko, Lombok adalah daerah yang potensial sebagai tempatnya melebarkan sayap usaha.

Ia menceritakan bagaimana sebelumnya ia sempat membuka usaha serupa di Jawa Timur.

"Di sana pasarnya kecil, kalau di sini bisa sampai internasional," tutur pria asal Tulungagung tersebut.

Untuk memperbarui inovasi karyanya, Eko rutin membaca dan menonton berbagai refrensi yang beredar di internet.

Maka tak heran, kini ia memiliki banyak koleksi mabel dengan konsep modern minimalis sebagaimana konsep mabel yang sedang tren saat ini.

"Tapi kalau bule itu suka yang kreatif, semakin kita kreatif, mereka juga semakin suka," katanya.

Pria tiga anak itu juga berharap agar pandemi covid-19 segera reda, sebab dengan begitu arus distribusi barangnya bisa kembali mudah untuk dikirim ke luar negeri.

"Syukurnya selama pandemi, saya tidak sampai merumahkan saudara-saudara saya yang bekerja," kata Eko, menyebut tukang yang bekerja bersamanya sebagai 'saudara'.

Eko tidak ingin menyebut dirinya seniman, kendati banyak pelanggan menanggapnya demikian.

Ia bercerita, selama ini karya yang dihasilkan merupakan hasil kolaborasi bersama 7 karyawannya.

"Di sanalah konektivitas kami terbangun," ujarnya.

Ia mengaku senang menggeluti pekerjaan ini meski sempat sebelumnya berpindah-pindah dari satu bidang pekerjaan ke bidang pekerjaan lain.

Mulai dari buruh bangunan hingga berjualan kudapan di pasar pernah digelutinya.

"Melihat pelanggan suka sama karya kita, itu membuat perasaan kita ikut menjadi puas," tandasnya.

Berbagai koleksi Rizqi Wood Gallery juga dapat dilihat melalui instagram @rizqiwoodgallery.

(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved