Tangkal Hoaks, AJI Mataram dan Google Gelar Pelatihan Cek Fakta Bagi Jurnalis
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Mataram menggelar acara pelatihan cek fakta bagi jurnalis se-Pulau Lombok.
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Lalu Helmi
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Mataram menggelar acara pelatihan cek fakta bagi jurnalis se-Pulau Lombok.
Pelatihan ini dilakukan sebagai langkah konkret mengupayakan kejernihan dan keberimbangan informasi publik.
Di tengah tingginya suplai informasi publik, AJI Mataram berkomitmen menjadi penangkal berita hoaks.
Baca juga: Informasi Hoaks Menghambat Vaksinasi Anak di Kota Bima
Baca juga: Temukan Ribuan Hoaks & Disinformasi Terkait Covid-19, Jubir Kominfo: Terbanyak di Platform Facebook
Sirtupilaili, Ketua AJI Mataram menyebutkan urgensi dari pelatihan cek fakta ini.
Menurutnya, di era banjir bandang informasi, keberadaan pemberitaan yang bias fakta sangat dekat dengan kehidupan masyarakat.
Hal itu, kata Sirtupilaili, menjadi tanggung jawab jurnalis untuk menyajikan konten yang memiliki nilai edukasi bagi masyarakat.
"Kegiatan cek fakta yang digelar Google bersama AJI ini sangat penting bagi jurnalis untuk menangkal berita hoaks," kata Sirtupilaili saat membuka acara pelatihan yang dilaksanakan di Sekretariat AJI Mataram, pada Sabtu (19/2/2022).
Kegiatan pelatihan yang dilaksanakan selama dua hari ini diharapkan dapat menjadi pemantik pemberitaan yang berkualitas bagi jurnalis.
"Kegiatan ini akan memberikan bekal pengetahuan bagi jurnalis agar bisa memilah konten informasi, baik berupa foto, teks, maupun audio visual yang banyak beredar di dunia maya," ujar Sirtupilaili.

Senada dengan Sirtupilaili, Sekretaris AJI Mataram Muhammad Kasim menyebut pelatihan cek fakta bagi jurnalis sangat penting dalam konteks era digital.
Suka tidak suka, jurnalis dituntut untuk mengidentifikasi informasi yang beredar.
Muhammad Kasim menyorot soal lemahnya literasi jurnalis dan kurang gigihnya menggali informasi.
Tak hanya itu, ada gejala keengganan jurnalis melakukan verifikasi narasi yang beredar di masyarakat.
"Kalau hal itu terjadi, jurnalis bisa terjebak dengan informasi bohong. Verifikasi adalah hal yang mutlak dijalankan oleh jurnalis," ujar Kasim yang juga bertindak sebagai trainer di kegiatan pelatihan cek fakta tersebut.