Suami Tewas dalam Ritual Maut, Diana Tak Curiga saat Bripda Febry Main ke Rumah Nur Hasan
Diana, istri Bripda Febri masih tak menyangka pria yang baru menikahinya setahun belakangan tewas secara tragis.
Penulis: Salma Fenty | Editor: wulanndari
TRIBUNLOMBOK.COM - Tak curigai suami, begini hubungan Bripda Febriyan Duwi dengan Nur Hasan, pimpinan ritual maut.
Diana, istri Bripda Febri masih tak menyangka pria yang baru menikahinya setahun belakangan tewas secara tragis.
Bripda Febri menjadi satu di antara 11 korban tewas tergulung ombak Pantai Payangan, dalam ritual yang digelar oleh Kelompok Tunggal Jati Nusantara.
Diana mengaku, sempat beberapa kali diajak sang suami ke kediaman Nur Hasan.
Akan tetapi, ia tak memiliki kecurigaan pada pria yang disebut suaminya bisa menyembuhkan orang itu.
Sama sekali tak menyangka, Diana nyatanya tak hafal aktivitas sehari-hari sang suami.
Selama ini Diana dan Bripda Febriyan Duwi jarang tinggal satu rumah.
Bripda Febriyan Duwi berdinas di Bondowoso, sementara Diana bekerja di Probolinggo.
"Selama ini gak ada yang aneh sama suamiku," akui Diana sambil menangis.
Karenanya saat mendengar sang suami meregang nyawa terseret ombak Pantai Payangan, Jember, hati Diana pilu.
Terlebih mengetahui Bripda Febriyan Duwi tewas saat mengikuti ritual Kelompok Tunggal Jati Nusantara.
Meski tidak tahu soal ritual maut yang merenggut nyawa suaminya pada Minggu (13/2/2022), Diana ternyata tahu perihal Kelompok Tunggal Jati Nusantara.

Diana mengenal Nur Hasan sebagai ketua Kelompok Tunggal Jati Nusantara.
Bahkan diakui Diana, ia pernah diajak Bripda Febriyan Duwi untuk datang ke rumah Nur Hasan.
"Pernah beberapa kali diajak suami (Febri) ke rumah Hasan. Tapi gak ada cerita soal ritual, tahu ku Hasan ini teman suamiku yang bisa nyembuhkan orang," ujar Diana dikutip dari Tribun Jember.
Lebih lanjut, Diana pun mengungkap hubungan Bripda Febriyan Duwi dengan Nur Hasan.
Awal mula Bripda Febriyan Duwi mengenal Nur Hasan ketika tergabung dalam suatu kelompok pengajian.
Keduanya, saat itu berstatus sama-sama murid.
Kemudian, belakangan ini hubungan mereka semakin akrab.
Bripda Febriyan Duwi sering pamit ke Diana untuk menggelar acara pengajian di rumah Hasan.
Kini Diana hanya bisa menangisi nasib sang suami.

Seandainya jadi seorang hakim, Diana ingin mengadili Nur Hasan.
Dia yakin suaminya ikut dalam acara ritual karena terpengaruh bujuk rayu ketua Kelompok Tunggal Jati Nusantara itu.
"Pantai Payangan kan jelas-jelas sudah terkenal ombaknya besar kok malah dijadikan tempat ritual. Seandainya aku tahu Mas Febri ikut ritual-ritual, ya jelas aku larang," ungkap Diana kesal.
Sang Ayah Ungkap Firasat
Menurut sang ayah, Joko, Bripda Febri seolah telah memiliki firasat.
Joko pilu saat mendengar kabar anak kebanggaannya, Bripda Febriyan Duwi meninggal dunia akibat ritual maut di Pantai Payangan.
Mengenang momen terakhirnya bersama sang putra, Joko teringat dengan permintaan Bripda Febriyan Duwi.
Rupanya Bripda Febriyan Duwi sedang bertekad membangun rumahnya sendiri dengan sang istri.
Karenanya, Bripda Febriyan Duwi meminta kayu kepada sang ayah untuk membangun rumah.
Terkenang dengan permintaan terakhir anaknya, Joko menangis.
Sebab permintaan Bripda Febriyan Duwi itu bak firasat.

"Kayunya sudah saya siapkan. Bilangnya mau diambil hari Minggu kemarin. Ternyata diambil sungguhan tapi untuk pelingsir pemakamannya," kata Joko di rumah duka, Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Lumajang dikutip dari Kompas.com, Rabu (16/2/2022).
Perihal kematian anaknya, Joko dan keluarga berharap Nur Hasan diadili secara adil.
Mereka ingin Nur Hasan diproses hukum.
"Kami mohon doanya agar almarhum anak saya bisa tenang di sana," jelas Joko.
Diketahui, Bripda Febriyan tewas dalam ritual berujung maut di Pantai Payangan Jember, Minggu dini hari (13/2/2022).
Berkaca-kaca mata Diana saat duduk di depan meja petugas TIM Disaster Victim Investigation (DVI).
Mata Diana terus meneteskan air mata.
Ibu mertuanya, mencoba menenangkan.
Diana sempat mencetus omongan, sebelum Febriyan sempat pamit ke dirinya untuk pergi ke Pantai Payangan.
Febri mengirim ucapan pamit ke Diana dalam obrolan telepon.
"Bilangnya cuma mau pergi ke pantai. Tidak bilang kalau ada ritual," cetus Diana.
Sebelumnya, pada Minggu (13/2/2022) dini hari, terjadi peristiwa kecelakaan pantai di Pantai Payangan, Sumberejo, Ambulu, Jember.
Sebanyak 24 orang menjadi korban, 11 di antaranya meninggal dunia setelah terseret ombak.

Mereka melakukan ritual.
Mereka berasal dari kelompok pengkajian Tunggal Jati Nusantara, Jember.
Mereka berasal dari beberapa kecamatan di Kabupaten Jember, seperti Sukorambi, Patrang, Ajung, juga Rambipuji.
Mereka berangkat dengan dipimpin oleh ketua kelompok itu, Nh (Nurhasan), warga Desa Dukuhmencek Kecamatan Sukorambi.
Menurut Kapolsek Ambulu AKP Ma'ruf, dari keterangan saksi yang sudah diperiksa terlebih dahulu, ada 20 orang anggota kelompok itu yang turun di tepi pantai.
"Ya di situ, di tepi pantai itu," ujar Ma'ruf kepada Surya, sambil menunjuk titik yang dipakai ritual.
Ke-20 orang itu berdiri dengan siku saling digandengkan.
"Sedangkan yang empat menunggu di atas," imbuhnya.
Keempat orang itu, satu orang sopir yang memang tidak ikut ritual, dan tiga orang petinggi kelompok yang berada kawasan pasir yang lebih atas.
"Saat masih berdiri itulah, ombak besar datang. Waktu kejadian sekitar pukul 00.30 - 01.00 Wib, dini hari tadi," lanjutnya.
Baca juga: Bripda Febriyan Tewas saat Ritual Pantai Payangan, Istri Menangis: Ga Ada yang Aneh sama Suamiku
Daftar Korban Peristiwa Ritual Berujung Maut di Jember
Polda Jatim melakukan pemeriksaan luar 10 jenazah korban ritual berujung maut di Rumah Sakit Soebandi, Jember.
Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk memastikan penyebab kematian semua korban akibat kecelakaan di bibir Pantai Payangan.
Adapun nama-nama korban tewas yakni:
1. Sulastri (42) warga asal Desa Gebang Kecamatan/ Kabupaten Jember.
2. Pinkan (13) warga asal Desa Tawangalun Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember.
3. Arisco (21) warga asal Desa Gumukmas Kabupaten Jember.
4. Ida (33) warga asal Desa Tawangalun Kabupaten Jember.
5. Bripda Febrian Duwi (25) warga asal Desa Sumber Salam Kecamatan Tenggaran Kabupaten Bodowoso
6. Yuli (42) warga asal Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember
7. Basuni (55) warga asal Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember.
8. Sofi (22) warga asal Kecamatan Gebang Kabupaten Jember.
9. Sri Wahyuni (30) warga asal Kecamatan Gebang Kabupaten Jember.
10. Syaiful bahri (35) warga asal Kecamatan Ajung Kabupaten Jember.
Perlu diketahui, korban tewas dalam peristiwa ini ada 11 orang.
Akan tetapi, 1 korban atas nama Kholifah warga Desa Gugut, Rambipuji, sudah selesai dilakukan pemeriksaan antem mortem.
Hasil analisis, korban mengalami luka di bagian pelipis mata dan cidera di bagian kaki.
Dugaan kuat korban terbentur tebing setelah tergulung ombak ganas pantai selatan. (*)