Berita Lombok Barat

Berkenalan dengan Angin Ribut, Pepadu Peresean yang Tersohor di Lombok

Dalam sebuah arena yang dibuat kotak berpagar penonton, dua lelaki (pepadu) bertarung menggunakan senjata mereka sambil membawakan elemen tari.

Penulis: Robbyan Abel Ramdhon | Editor: Dion DB Putra
ISTIMEWA/DOK PADEPOKAN ANGIN RIBUT
Sahnan (kiri) bertanding melawan pepadu dari padepokan lain. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Robbyan Abel Ramdhon

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK BARAT - Dalam dunia peresean di Lombok, Sahnan dijuluki Angin Ribut.

Peresean adalah tradisi pertunjukan yang menampilkan seni tari dengan dua lelaki bersenjatakan tongkat rotan (penjalin) dan berperisai kulit kerbau (ende).

Baca juga: Penjual Es Kelapa Muda Asal Lombok Barat Untung Ratusan Ribu Selama Tes Pramusim MotoGP Mandalika

Baca juga: Universitas Muhammadiyah Mataram Juara Umum Kejuaraan Pencak Silat Mataram Cup 2022

Dalam sebuah arena yang dibuat kotak berpagar penonton, dua lelaki (pepadu) bertarung menggunakan senjata mereka sambil membawakan elemen tari.

Peresean yang sudah ada sejak abad ke-13 kerap kali diiringi oleh tetembangan dari alat musik tradisional Sasak.

Sahnan melakoni perannya sebagai pepadu sejak duduk di kelas 3 SD.

Karena cara bertarungnya yang menarik dan selalu menorehkan prestasi, pria kelahiran 1972 itu mendapatkan julukan Angin Ribut.

"Dulu saya paling lama main 3 rode dari 4 ronde. Prinsip saya lawan harus sudah kalah di ronde 1 atau 2," tuturnya.

Sahnan sering pula diundang untuk bermain peresean dalam event-event kebudayaan hingga pariwisata, di luar dari agendanya sendiri membuat pertunjukan.

Sekali bermain, ia biasanya dibayar hingga Rp1,5 juta.

"Bisa disesuaikan lewat komunikasi, tergantung tawar-menawarnya," katanya.

Berkat prestasi dan kehebatannya dalam bertarung, banyak orang terutama anak-anak muda yang menimba ilmu peresean dari Sahnan.

Murid didikannya telah berjumlah 30 orang dan terhimpun dalam sebuah paguyuban yang disebut sesuai julukan guru mereka, Paguyuban Angin Ribut.

Pada tanggal 11 hingga 20 Februari 2022 mendatang, Paguyuban Angin Ribut menggelar peresean dalam rangka memperingati hari terbentuknya perkumpulan mereka yang ke-2, di Desa Sigerongan, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat.

Menurut Sahnan, event ini digelar tidak hanya untuk peringatan harlah paguyuban semata, juga sebagai wadah untuk melestarikan tradisi Peresean Sasak.

Baginya, momen ini adalah waktu yang pas untuk membangkitkan semangat merawat tradisi peresean karena peminat dari kalangan muda semakin banyak bermunculan.

"Dulu kami hadiahnya sabun, handuk, sekarang sawerannya saja bisa sampai ratusan ribu," kata Sahnan, mengaitkan ekonomi sebagai faktor yang menunjang hidupnya tradisi tersebut.

Ayah enam anak itu mengungkapkan, peresean tidak hanya hobi tetapi sudah menjadi bagian dari hidup serta jiwanya.

"Kepada semua pecinta peresean, semoga selalu sehat dan terus dukung event-event peresean ke depannya. Ini peninggalan leluhur kita, jangan sampai hilang budayanya," demikian Sahnan. (*)

Simak berita lain dari Lombok Barat

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved