Virus Corona di NTB

Harga Tes PCR di NTB Rp 525 Ribu, Pemerintah Daerah Diminta Awasi Pelaksanaan

Berdasarkan Surat Edaran Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB Nomor 900/41 Tahun 2021, tarif tertinggi RT-PCR di wilayah NTB sebesar Rp 525 ribu

TribunLombok.com/Sirtupillaili
NAKES: Salah seorang tenaga kesehatan ruang isolasi berjalan membawa tabung oksigen dari ruang khusus pasien Covid-19, Sabtu (31/8/2021). 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Sirtupillaili

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM – Tarif layanan Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) di Nusa Tenggara Barat (NTB) turun.

Berdasarkan Surat Edaran Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB Nomor 900/41 Tahun 2021, tarif tertinggi pemeriksaan RT-PCR di wilayah NTB sebesar Rp 525 ribu.

Dengan demikian, tidak boleh ada yang menarik biaya tes PCR lebih dari harga tersebut.

”Tarif ini berlaku untuk masyarakat yang melakukan pemeriksaan RT-PCR secara mandiri,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB, dr Lalu Hamzi Fikri, pada TribunLombok.com, Jumat (20/8/2021).

Fikri menjelaskan, sesuai kebijakan pemerintah pusat batas tarif atas pemeriksaan RT-PCR dibedakan menjadi dua.

Baca juga: Tarif Tes PCR di Bandara Lombok Turun Jadi Rp 525 Ribu, Berlaku Mulai Hari Ini

Baca juga: Sindikat Pembuat Surat Tes PCR Palsu di Lombok Loloskan 4 Orang Keluar NTB

Tarif atas untuk wilayah Pulau Jawa dan Bali sebesar Rp 490 ribu.

Sedangkan tarif di luar Jawa dan Bali sebesar Rp 525 ribu.

Harga tersebut turun dari sebelumnya Rp 900 ribu.

Tarif tertinggi tersebut tidak berlaku untuk kegiatan penelusuran kontak (contact tracing) atau rujukan kasus Covid-19.

Dengan penetapan tarif tersebut, pemerintah daerah kabupaten/kota se-NTB diminta melakukan pengawasan dan pembinaan pemberlakuan tarif.

”Pemerintah akan melakukan evaluasi secara periodik terhadap ketentuan batas tarif tertinggi untuk pemeriksaan PCR,” katanya.

Terpisah, Direktur RSUD Provinsi NTB dr Lalu Herman Mahaputra menjelaskan, setelah Presiden Jokowi menyampaikan instruksinya, mereka langsung melakukan penyesuaian tarif.  

”Sejak pak presiden pidato kita langsung menerapkannya, walau pun saat itu belum ada keputusan,” kataya.

Menurutnya, dalam hal ini rumah sakit tidak boleh hitung untung ruginya.

Sumber: Tribun Lombok
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved