TRIBUNLOMBOK.COM, GIANYAR - Liga 1 Indonesia musim 2023/2024 adalah pengalaman pertama Elias Dolah menjajal kompetisi tertinggi sepak bola Indonesia. Bek asal Thailand ini langsung merasakan kekalahan, ganjaran kartu kuning, dan kesunyian dukungan.
Dolah setelah lolos tes medis langsung mendapat pos utama sebagai bek tengah bertandem dengan anak muda bernama Kadek Arel Priyatna. Laga kontra PSS Sleman pada Sabtu 1 Juli 2023 menjadi debutnya di Liga 1.
Baca juga: Noda Bali United di Laga Perdana, Teco Minta Maaf Kalah dari PSS Sleman 0-1
Satu yang mungkin tak pernah Dolah pikirkan, terjadi konflik manajemen dengan suporter.
Saat laga perdana sekaligus pembuka Liga 1, atmosfer fanatisme suporter Bali United yang sebelumnya ia puji-puji, hilang bak hanyut oleh hujan yang mengguyur Bali seharian.
Stadion Kapten Dipta sepi tak seperti biasanya. Kandang yang biasanya penuh sesak berubah lengang. Layar televisi pun menyiarkan ketidakbiasaan itu. Bisa dibilang, ini adalah laga kandang tersunyi Bali United saat situasi di luar pandemi. Hanya 3.450 penonton yang hadir di stadion.
Sejumlah kelompok suporter, satu di antaranya yang paling nyaring adalah North Side Boys atau NSB12. Mereka memboikot pertandingan kandang sebagai protes keputusan manajemen atas kenaikan harga tiket reguler dari Rp 60 ribu menjadi Rp 100 ribu.
Atas pemboikotan itu, manajemen pun sepertinya masih bergeming dengan keputusannya. Sebab hingga beberapa hari setelah laga, manajemen tak juga memberikan tanggapan khusus. Akankah Dipta sepi dalam waktu yang lama?
Dolah juga harus menerima kekalahan dari PSS Sleman. Dolah mendapatkan ucapan 'selamat datang' di Liga 1 dari tamparan yang mendarat di wajahnya oleh Esteban Vizcarra. Dua pemain ini cekcok yang berujung kartu kuning untuk mereka.
Insiden itu terjadi pada menit ke-80, saat Eber Bessa dilanggar oleh Kim Jeffrey Kurniawan.
Elias Dolah datang untuk melindungi Eber Bessa, namun terjadi dorong-dorongan dengan Esteban Vizcarra. Tamparan dari Vizcarra pun mendarat di wajah Dolah.
"Tentang kartu kuning saya, saya hanya melindungi teman saya (Eber), dan dia (Vizcarra) memukul wajah saya, bagi saya itu bukan kartu kuning untuk saya, tapi saya mendapat kartu kuning. Anda bisa lihat wajah saya juga terkena. Ini sambutan 'yang baik' untuk saya di Liga 1," demikian ucap Dolah.
Dari penampilannya bersama Kadek Arel, Dolah cukup mampu meredam serangan-serangan eksplosif yang dibangun pemain PSS Sleman. Namun gol justru terjadi akibat blunder jenderal lapangan tengah, Brwa Nouri.
Ia yang bermaksud mengumpan kepada Adilson Maringa namun laju bola terlalu lemah hingga berhasil dicuri oleh Ricky Cawor. Gol indah terjadi, bola melambung dari jarak jauh dan masuk ke gawang.
"Tentu kami ingin kemenangan, tapi hasilnya berbeda. Kami harus perbaiki tim dari bertahan dan menyerang juga. Kami tidak mau bicara siapa yang salah. Kekalahan ini adalah kesalahan tim, yang terpenting adalah perbaiki tim," pungkasnya.
Dolah hanya bisa berharap, begitu juga pemain Bali United lainnya, termasuk Teco yang terus-terus mengaku faktor kehadiran suporter adalah penentu kemenangan. Namun manajemen yang berkuasa dalam pengambilan keputusan.
Suporter pun kadung kecewa. Dolah berharap merasakan kehadiran penuh fans di stadion. "Mudah-mudahan saat kami bermain di Stadion Dipta lagi, suporter bisa datang penuh memberikan kekuatan bagi kami," demikian kata Dolah.
Pelatih Bali United, Stefano Cugurra tak terima Dolah mendapatkan kartu kuning. Baginya seharusnya Esteban Vizcarra mendapatkan kartu merah. Namun, ia tetap mengakui keunggulan PSS Sleman."Seharusnya merah, tapi Sleman adalah tim yang bagus," ujarnya.
Perkataan Kim Jeffrey Kurniawan terbukti. Sebelum pertandingan ia dengan yakin menyatakan optimisme. PSS Sleman, kata Kim, sudah tahu dan punya cara bagaimana mengalahkan Bali United. Atas hasil kemarin, Bali United dalam tiga kali pertemuan terakhir tak bisa menang lawan PSS Sleman.
Memperbaiki Kualitas Wasit
Dalam kompetisi Liga 1 kali ini, yang menjadi sorotan adalah kinerja wasit sebagai pengadil lapangan. Dari wasit utama maupun hakim garis tak jarang mengambil keputusan yang kontroversial.
Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) memperbaiki kinerja wasit di Liga 1 Indonesia dengan melibatkan Asosiasi Sepak Bola Jepang (JFA) dan pantauan dari FIFA dalam menentukan kapabilitas wasit Liga 1.
Disamping itu, PSSI juga bakal melengkapi pengadil lapangan dalam pertandingan dengan menghadirkan teknologi Video Assistant Referee (VAR) pada putaran kedua mendatang, yang saat ini dipersiapkan secara bertahap.
"Soal wasit saya sudah lumayan lama di Indonesia. Mudah-mudahan semua cara dari PSSI bisa berhasil, buat mereka (wasit) bisa pimpin lebih bagus," demikian ucap Teco.
Dalam pertandingan pembuka, Teco diganjar kartu kuning dari wasit karena dianggap mengganggu laju lari dari Hokky Caraka saat beradu cepat dengan penjaga gawang Adilson Maringa.
"Soal pertandingan saya tidak mau komentar. Saya kerja, saya lihat pemain saya. Saya tidak melihat fokus sama wasit. Kamu yang di atas, waktu wasit bagus kamu bisa tulis bagus atau waktu kurang kamu bisa tulis kurang," ujar dia kepada awak media. (ian/tribun bali)