Laporan Lalu M Gitan Prahana
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - Simak berikut ini penjelasan lengkap mengenai pakaian adat Sasak.
Pakaian adat untuk seorang laki-laki suku Sasak dikenal dengan Godeq Nongkeq atau seringkali dikenal juga dengan sebutan dodot.
Penggunaan pakaian adat Sasak ada di beberapa bagian mulai dari ujung kepala hingga kaki yang penggunannya memiliki makna tertentu.
Bahkan menjadi sebuah perlambang penghormatan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Adapun bagian-bagian tersebut di antaranya sebagai berikut, seperti dikutip dari buku 'Gendang Beleq' karya Lalu M Gitan Prahanan terbitan LIPI Press tahun 2021.
Baca juga: Makna Maskot Porprov NTB 2023: Hewan Mayung dengan Sapuq dan Baju Kuning
1. Sapuq
Sapuq merupakan sebuah pengikat kepala dengan ujung yang berdiri tegak dan meruncing di bagian depannya dan membetuk ligatur huruf Lam dan Alif dalam bahasa Arab.
Adapun makna dari sapuq adalah melambangakan kejantanan, keberanian dan menjaga pemikiran kotor serta sebagai bentuk penghormatan kepada Allah SWT tuhan yang maha esa.
2. Baju Godeq Nongkeq atau Pigon
Baju godeq nongkeq dikenal dengan sebutan pigon yang berlengan panjang.
Pada belakang baju, dipotong melengkung dari atas pinggang sampai dengan ujung depan baju.
Apabila dilihat dari tampak depan, baju terlihat meruncing sebagai makna “Tunjang Julu, Kekes Muri” yang artinya menjulur kedepan mengkerut kebelakang.
Baju godeq nongkeq atau pigon ini identik dengan warna hitam.
Sebab warna hitam sebagai sebuah representasi atau sebuah keberanian serta kegagahan orang sasak ketiga menggunakan pakaian adatnya.
3. Bebet atau Lambung
Bebet atau lambung pada dasarnya merupakan sebuah kain tenun atau songket dengan motif sasak yang penggunannya untuk menutupi perut hingga lutut.
Bebet juga digunakan sebagai penguat atau sabuk untuk selewoq poto dan juga tempat dikaitkannya keris atau benda pusaka lainnya.
4. Selewoq Poto
Selewoq Poto pada dasarnya juga merupakan kain tenun atau songket sama halnya dengan bebet.
Namun selewoq poto memiliki ukuran lebih panjang dan juga kadang kainnya lebih tipis.
Di dalam penggunaannya, selewoq poto membentuk tajam kebawah hingga menyentuh tanah.
Penggunaan seperti itu pun memberi makna bahwa sebagai manusia harus bersifat rendah hati dalam kehidupan berkeluarga ataupun bermasyarakat.
Selain itu juga, dengan ujung membentuk tanah memberi makna bahwa manusia berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah juga.
(*)