Sekeluarga Tewas di Jakarta Barat

Kejanggalan Kematian Keluarga di Kalideres: Pesan di HP, Penjualan Aset Hingga Keberadaan Rudyanto

Editor: Irsan Yamananda
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dokter dan tim forensik didatangkan untuk usut kematian satu keluarga yang berada di Perumahan Citra Garden 1 Extension, Kalideres, Jakarta Barat pada Sabtu (12/11/2022). Kejanggalan kasus Kalideres, Jakarta Barat ialah polisi menemukan bahwa dua dari keempat anggota keluarga tersebut saling berkirim pesan lewat ponsel.

TRIBUNLOMBOK.COM - Kasus tewasnya satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat masih menjadi misteri.

Kendati demikian, polisi menemukan berbagai kejanggalan dalam kasus penemuan mayat satu keluarga di Perumahan Citra Garden 1 tersebut.

Perlu diketahui, mayat satu keluarga yang terdiri dari empat orang itu ditemukan membusuk pada 10 November 2022.

Sementara kejanggalan yang dimaksud mulai dari ponsel para korban, penjualan aset hingga keberadaan salah satu keluarga. simak ulasan selengkapnya berikut ini:

Pesan dari ponsel untuk sesama anggota keluarga di rumah

Berdasarkan keterangan dari polisi, dua dari empat anggota keluarga saling berkirim pesan via ponsel.

Hal itu diungkapkan oleh Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar (Kombes) Hengki Haryadi.

Menurut Hengki, pesan yang dimaksud mengandung kata-kata tentang emosi dan bersifat negatif.

Kendati demikian, susunan kalimat di pesan yang dimaksud cukup tertata.

Bahkan, kata Hengki, ada yang menggunakan bahasa Inggris.

"Kata-katanya sangat rapi, terlihat berpendidikan, ada Bahasa Inggris di sela-sela tulisan tersebut," ujar Hengki seperti dikutip dari Kompas.

Saat ini tim forensik masih mendalami temuan pesan dalam ponsel tersebut.

"Jadi belum dapat disimpulkan, lagi di analisis tim ahli dari psikologi forensik," kata Hengki.

Keberadaan Rudyanto tidak jelas saat istrinya meninggal

Kejanggalan berikutnya ialah, keberadaan Rudyanto tak diketahui saat pegawai koperasi simpan pinjam mendatangi rumah keluarga tersebut yang hendak digadaikan. Hal itu kembali diutarakan Hengki.

Baca juga: Saksi Kasus Kalideres Lihat Dian Beri Minum dan Sisir Rambut Rontok Mayat Sang Ibu: Katanya Tertidur

"Tidak terlihat, hanya Dian dan Margaretha dan Budiyanto," ujar Hengki

Menurut Hengki, pegawai koperasi simpan pinjam mendatangi rumah tersebut pada 13 Mei 2022. Saat itu, salah satu penghuni, yakni Budyanto hendak menggadaikan sertifikat rumah. 

Pegawai koperasi tersebut mengaku melihat Dian menangis di dalam kamar bersama ibunya, yakni Margaretha, yang sudah terbujur kaku di kasur.

"Si Dian menangis, dan menganggap bahwa ibunya tetap hidup. Setiap hari dikasih minum susu, dimandikan. Perilaku itu yang sedang kami teliti oleh psikolog forensik," kata Hengki.

Budyanto jual aset yang bukan miliknya

Kejanggalan berikutnya ialah adanya upaya Budyanto menjual aset yang bukan miliknya. Hal itu diketahui dari pengakuan saksi yang merupakan pegawai koperasi simpan pinjam.

Ia mengungkapkan bahwa Budyanto, saudara kandung Margaretha, hendak menjual rumah milik Margaretha.

Pada 13 Mei 2022, saksi hendak mensurvei rumah di Perumahan Citra Garden 1 itu. Saat hendak mensurvei, pegawai koperasi meminta dipertemukan dengan Margaretha karena sertifikat rumah tersebut atas nama Margaretha.

Namun saat masuk ke kamar, pegawai koperasi itu terkejut karena justru menemukan tubuh Margaretha sudah tebujur kaku lantaran sudah meninggal.

Polisi pun belum menemukan alasan Budyanto menggadaikan sertifikat rumah yang bukan miliknya itu.

Dian Beri Minum dan Sisir Rambut Rontok Mayat Sang Ibu

Hengki mendapatkan keterangan ini dari seorang saksi.

Saksi yang dimaksud adalah pegawai koperasi simpan pinjam.

Orang tersebut sempat berkomunikasi dengan keluarga yang ditemukan tewas mengenaskan itu.

Tak hanya itu, saksi juga pernah berinteraksi dengan mereka.

Semua bermula dari saksi yang hendak melakukan survei rumah.

Menurutnya, salah satu penghuni yang bernama Budiyanto hendak menggadaikan sertifikat rumahnya.

Saksi lantas mengunjungi lokasi rumah tersebut.

Ia bersama pihak mediator mengaku sempat mencium bau tidak sedap.

Sontak, muncul kecurigaan dari keduanya.

Menurut Hengki, pegawai koperasi meminta kepada Budiyanto untuk dipertemukan kepada Margaretha.

Baca juga: Terungkap Fakta Satu keluarga Tewas di Kalideres: Jasad Ibu Disuapi Susu hingga Rambutnya Disisir

Sebab, sertifikat tersebut tercatat atas nama Margaretha.

Saat itu, Dian berdalih bahwa ibunya sedang tertidur sehingga tidak menyalakan lampu.

Pegawai yang curiga pun diam-diam menyalakan senter dari ponselnya dan mendapati Margaretha sudah menjadi mayat.

Dian mengaku masih memberikan ibunya minum berupa susu.

Selain itu, ia juga mengaku masih setia menyisir rambut jenazah ibunya yang mulai rontok.

Ada temuan semangkuk kapur barus di meja makan

Sementara itu, polisi juga mendapati adanya semangkuk kapur barus yang diletakkan di atas meja makan di dalam rumah tersebut.

Kapolsek Kalideres AKP Syafri Wasdar mengatakan, dokter forensik menyebutkan bahwa kapur barus digunakan untuk menyerap bau.

"Kapur barus kan ada ditemukan di TKP (tempat kejadian perkara), dokter mengatakan bahwa kapur barus bisa menyerap bau," kata Syafri di Kalideres dikutip Kompas.com, Sabtu (12/11/2022).

Namun, Syafri tidak bisa memastikan apakah kapur barus tersebut secara sengaja digunakan seseorang untuk menghilangkan bau jenazah di dalam rumah tersebut atau tidak.

Syafri juga belum bisa memastikan jika anggota keluarga lain masih hidup saat salah satu anggota keluarga meninggal.

"Belum (dugaan jika ada satu yang meninggal, saat korban lain masih hidup). Karena dokter belum mengatakan kematian itu kapan. Jadi belum tahu," jelas Syafri.

"Kami masih menunggu hasil laboratorium dari rumah sakit," lanjut dia.

Keseharian Para Korban

Satu keluarga yang tewas di dalam sebuah rumah di Citra Garden 1, RT 007 RW 015 Kalideres, Jakarta Barat, disebut sudah meninggali rumah tersebut selama 20 tahun lebih.

"Di atas 20 tahun lebih, kira-kira 25 tahun lah, lebih lama dari saya. Saya tinggal di sini sudah 20 tahun," ujar Ketua RT 007 RW 015 Kalideres, Asiung, di lokasi, Minggu (13/11/2022).

Sudah bertetangga selama 20 tahun, Asiung pun mengaku tidak terlalu mengenal keluarga itu.

Asiung menyebutkan bahwa korban merupakan keluarga yang tertutup dan jarang ikut kegiatan RT.

Namun, korban rutin membayar iuran RT.

"Jarang ikut (kegiatan RT), kami juga tidak bisa memaksa," kata Asiung seperti dikutip dari Kompas.

Selain itu, juga tidak terlihat aktivitas ibadah dari korban.

"Enggak ada sama sekali (aktivitas ibadah). Emang tertutup, mengucilkan diri lah," ucap Asiung.

Asiung terakhir kali berkomunikasi dengan anak korban bernama Dian (40) terkait masalah pembayaran listrik beberapa pekan lalu. 

Saat itu, Dian, Asiung dan petugas PLN membahas masalah listrik di rumah itu yang sudah menunggak. 

Lalu, Dian pun meminta petugas PLN untuk memutus saja listrik di rumahnya.

(TribunJakarta/ Kompas)

Berita Terkini