Berita Lombok Timur

Pengadangan, Desa Wisata di Lombok Timur yang Junjung Tinggi Nilai Adat, Kesenian dan Agama

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sekda Lombok Timur, H.M Juaini Taofik dan rombongan wartawan saat tiba di Kantor Desa Pengadangan, Kecamatan Pringgasela, Lombok Timur, Minggu (6/11/2022

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Tabuhan gendang beleq iringi langkah kaki rombongan para jurnalis ke tempat pertemuan di Kantor Desa Pengadangan, Kecamatan Pringgasela, Lombok Timur, Minggu (6/11/2022).

Nampak berjejer remaja berdandan serasi mengenakan pakaian adat Sasak dihiasi senyum ramah. Mereka santun menyambut para pewarta.

Baca juga: Penambahan Honorer di Lombok Timur Tidak Akan Mendapatkan Dana dari APBD 2023

Ritual adat Besembek menyambut rombongan yang dipimpin Sekda Lombok Timur, H. M Juaini Taofik.

"Selamat datang di desa kami, Pengadangan. Desa yang menjunjung budaya, adat istiadant, dan juga agama," ucap kepala Desa Pengadangan, Iskandar, dalam sambutannya.

Beragam pertunjukan seni ditampilkan pada kesempatan itu. Ketua adat, H. Asipudin menyebut di antaranya gendang beleq dari Sanggar Nene Bini, Rantok, Cungklik, dan Selober.

"Khusus Selober ini banyak yang mirip namun tidak sama. Kesenian Slober adalah khas milik masyarakat Pengadangan Lombok Timur," kata Asipudin.

Disebut Selober lantaran apa yang dihasilkan khas bernada "ber".

Slober konon dipakai masyarakat zaman dulu saat bekerja di sawah. Alat terbuat dari pelepah daun nira.

Cara memainkan Slober dipadukan gemelan, sehingga tabuhannya gemelan, menambah merdu iringan musik khas masyarakat Pengadangan.

"Lagunya berasal dari masyarakat yang dinamakan lelakak, atau pantun pantun zaman dulu. Biasa juga dilakukan anak muda dahulu untuk saling bertukar ucap ketika bertemu," jelas Asipudin.

Khusus kesenian Rantok, prosesinya dinamakan begendong. Rantok merupakan tradisi kesenian yang dipertahankan masyarakat Pengadangan hingga sekarang.

Rantok diiringi syair yang dinamakan sando, yang dahulu untuk mengiringi warga menumbuk padi.

Adapula alat kesenian Jungklik yang bahan dasarnya bambu. Dibuat masyarakat Pringgasela. Dari Jungklik tercipta nada sederhana yang merdu masuk telinga.

"Jungklik ini dulu digunakan untuk menghibur para petani pada saat berada di sawah setelah lelah bekerja," tutur Asipudin.

Halaman
12

Berita Terkini