Laporan Wartawan TribunLombok.com, Lalu Helmi
TRIBUNLOMBOK.COM - Pesona wisata Lombok tidak hanya dikenal karena keindahan alamnya.
Tradisi dan budaya yang dilestarikan masyarakatnya juga menjadi daya tarik wisata Lombok.
Tidak heran, saban tahun wisatawan datang menikmati wisata Lombok.
Salah satu tradisi yang masih dipertahankan masyarakat Lombok adalah Maulid Adat Bayan.
Salah satu ritual dalam Maulid Adat Bayan adalah Bisok Menik.
Bisok Menik atau ritual membersihkan beras menjadi tradisi unik yang digelar masyarakat adat di Desa Karang Bajo, Kecamatan Bayan, Lombok Utara.
Baca juga: Maulid Adat Bayan: Makna Ritual Menutu Pare atau Menumbuk Padi
Ritual Bisok Menik ini dilakukan pada saat perayaan Maulid Adat Bayan.
Proses ini biasanya dilakukan pada hari kedua atau menjelang puncak perayaan Maulid Adat Bayan.
Kegiatan Bisok Menik atau mencuci beras bukan sekadar membersihkan beras sebelum dimasak, namun kental akan makna sejarah.
Ini tradisi yang terawat panjang di masyarakat adat Bayan.
Lokasi Bisok Menik ini tidak pernah diubah sejak zaman dahulu hingga sekarang yaitu di Lokok Bajo.
Ritual Bisok Menik merupakan salah satu rangkaian Maulid Adat Bayan yang ditunggu-tunggu wisatawan.
Iring-iringan wanita berpakaian tradisional dengan membawa bakul berisi beras di kapala menjadi daya tarik tersendiri.
Kekompakan para ibu rumah tangga menggunakan pakaian tradisional menjadi buruan para fotografer.
Mereka berjajar rapi. Membawa beras di atas kepalanya yang ditaruh disebuah bakul dari anyaman bambu.
Kemudian berjalan beriringan di jalan raya menuju Lokoq Bajo.
Prosesi ini banyak menarik perhatian warga maupun wisatawan yang hadir menyaksikan prosesi Maulid Adat Bayan.
Sebagai syarat, yang boleh mencuci beras ini adalah perempuan yang suci.
Tak boleh ada perempuan haid ikut dalam Bisok Menik. Sepanjang jalan mereka tak diperkenankan saling berbicara apalagi menoleh ke belakang.
Ketika sampai di mata air Lokoq Bajo , beraspun mulai dicuci bersih. Setelah beras dicuci, kemudian di masak menjadi nasi.
Kemudian menata hidangan pada sebuah tempat yang dibuat dari rautan bambu yang disebut ancak.
"Prosesi bisok beras diawali dengan penyembelihan hewan ternak di dalam areal kampu yang telah dikumpulkan komunitas adat setempat," papar Ketua Pranata Adat Bayan Rianom pada Selasa, (11/10/2022).
Semua hewan ternak yang dipotong adalah sumbangan dari komunitas adat setempat, yang jika dihitung secara matematika, harganya sampai ratusan juta rupiah.
Terlihat kekompakan masyarakat adat yang tidak pernah berhitung ketika melakukan ritual adat pemotongan hewan
Setelah semuanya siap, bahan mentah tersebut kemudian dimasak di Pedangan atau apur adat maayarakat setempat yang letaknya di areal kampu.
Sembari ada yang memasak, masyarakat yang lain juga menyiapkan ancak yang terbuat dari bambu.
Ancak ini merupakan sebutan dari masyarakat setempat kepada wadah yang nantinya akan dijadikan tempat meletakkan makanan untuk dibawa ke Masjid Kuno Bayan Beleq.
Momen inilah yang menjadi puncak perayaan Maulid Adat Bayan atau biasa disebut dengan istilah Praje Mulud.
(*)