Kapal PMI asal NTB Tenggelam

Suaminya Tak Masuk Daftar Korban Selamat, Jumisah: Saya Berharap Dia Pulang dalam Keadaan Sehat

Penulis: Sinto
Editor: Sirtupillaili
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jumisah (tengah) istri Muhammad Rahim, PMI yang jadi korban kapal tenggelam di Batam, Sabtu (18/6/2022).

Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Sinto

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - Mata Jumisah tampak sembab.

Ibu satu anak ini tidak bisa menyembunyikan kesedihannya sejak mengetahui suaminya, Muhammad Rahim, berada di kapal nahas yang tenggelam, di perairan Batam, Kamis (16/6/2022) malam.

Saat Tribunlombok.com menemuinya di Dusun Mengelok, Desa Batujai, Kecamatan Praya Barat, Lombok Tengah, ia sedang berkumpul dengan keluarga pekerja migran lain yang turut jadi korban kapal nahas tersebut.

Jumisah sendiri tidak mampu mengungkapkan kata-kata saat diwawancarai Tribunlombok.com.

Baca juga: Daftar Nama PMI asal Nusa Tenggara Barat yang Selamat Saat Kapal Tenggelam di Batam

Mata Jumisah sembab karena seharian menangisi sang suami yang belum dikahui rimbanya.

Muhammad Rahim, sang suami tidak masuk dalam daftar 23 orang Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang selamat.

Suaminya masuk dalam daftar PMI yang hilang saat kepal tersebut tenggelam.

Namun, ia sendiri mengaku sudah siap menerima kemungkinan terburuk.

Bagaimana pun kondisi sang suami, baik selamat maupun pulang dalam keadaan tidak bernyawa, dia sudah siap.

"Saya berharap dia bisa pulang dalam keadaan selamat. Namun apapun yang terjadi semuanya saya serahkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa jika memang Ia berkehendak lain," kata Jumisah, sambil berlinang air mata.

Baca juga: Cerita Keluarga PMI yang Tenggelam di Batam, Pamit Minta Doa Selamat Sebelum Naik Kapal

Pasangan Jumisah dan Muhammad Rahim dikaruniai satu orang anak.

Jumisah menuturkan, kepergian suaminya ke Malaysia semata-mata demi memperbaiki keadaan ekonomi keluarganya yang serba sulit.

"Ini adalah kepergian suami saya yang ketiga kalinya ke Malaysia. Sebelumnya tidak terjadi masalah apa pun saat kepergian yang pertama dan yang kedua," ungkapnya dengan mata berkunang-kunang.

Suasana haru di rumah keluarga PMI di Desa Batujai, Lombok Tengah yang menjadi korban kapal tenggelam di Batam, Jumat (17/6/2022). (Dok.Kompas.com/Idham)

Pantauan Tribunlombok.com di rumah korban, seluruh keluarga besar dan tetangga Jumisah berusaha menguatkan Jumisah.

Mereka hingga saat ini terus menantikan informasi terbaru dari pemerintah mengenai kondisi terkini korban.

Mereka berkumpul satu sama lain dan menelpon keluarga besar untuk membagikan kabar duka ini.

Hingga saat ini Sabtu, (18/6/2022) Muhammad Rahim, salah satu PMI yang menjadi korban kapal tenggelam di perairan Batam, belum diketahui kabarnya.

Baca juga: Kapal PMI NTB Tenggelam di Batam, 23 Orang Selamat 7 Lainnya Hilang

Muhammad Rahim berangkat bersama empat korban lainnya dari desa yang sama.

Semua korban berasal dari Dusun Mengelok, Desa Batujai, Praya Barat, Lombok Tengah.

Tercatat, ada lima warga Dusun Mengelok yang berangkat ke Malaysia sebagai PMI melalui jalur penyeberangan ilegal Batam.

Mereka adalah Ahmad alias Amat, Yusuf, Muhammad Zohir Abbas, Arum, dan Muhammad Rahim.

Diberitakan sebelumnya, kapal cepat yang mengangkut 30 orang PMI tersebut tenggelam di perairan Pulau Putri, Batam saat hendak menyelundup ke Malaysia, Kamis (16/6/2022), pukul 19.30 WIB.

Dari 30 orang penumpang, 23 orang dipastikan selamat. Sementara 7 orang lainnya dinyatakan hilang dan masih dicari tim SAR.

(*)

Berita Terkini