WN Brasil Jatuh di Rinjani

TO Lombok Timur Dorong Pemerintah Evaluasi TNGR Buntut Kasus Kematian WN Brasil di Puncak Rinjani

Perlu adanya investigasi dan evaluasi mendalam, lantaran kasus jatuhnya pendaki di Gunung Rinjani bukan pertama kalinya.

Penulis: Toni Hermawan | Editor: Idham Khalid
Dok. SAR Mataram
EVAKUASI KORBAN - Tim SAR bersiap turun ke lereng puncak Gunung Rinjani melakukan evakuasi WNA Brasil Juliana Marins, Selasa (24/6/2025). Asosiasi Trekking Organizer (TO) Lombok Timur mendorong pemerintah  untuk melakukan evaluasi dan investigasi khusus kepada Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Toni Hermawan

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Asosiasi Trekking Organizer (TO) Lombok Timur mendorong pemerintah  untuk melakukan evaluasi dan investigasi khusus kepada Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Hal ini imbas dari meninggalnya pendaki Warga Negara (WN) Brasil Juliana (27).

Harapannya supaya kejadian nahas tersebut tidak terulang kembali dan perlu mitigasi resiko di kawasan Gunung Rinjani.

Ketua  Asosiasi Trekking  Organize Lombok Timur Hamka Abdul Malik mengatakan, perlu adanya investigasi dan evaluasi mendalam, lantaran kasus jatuhnya pendaki di Gunung Rinjani bukan pertama kalinya.

 “Ini menyangkut nyawa wisatawan,” kata Hamka saat ditemui di Sembalun, Kamis (26/6/2025).

Ia memberikan catatan terhadap penangan dari tim SAR gabungan yang berjibaku untuk evakuasi jenazah WN Brasil tersebut. Dia menilai adanya kesalahan sistem terutama dari pihak pengelola.

“Dari sisi waktu adanya keterlambatan rescue karena alat yang minim dan memadai di pintu masuk Rinjani dari Sembalun,” keluhnya.

Atas insiden ini, diharapkan pemerintah memprioritaskan dalam pengelolaan pendakian zero accident. Salah satu caranya pada pintu masuk Rinjani adanya alat-alat rescue yang memadai dan tim yang mumpuni,  supaya tim tidak membawa peralatan penyelamatan dari bawah, supaya mempersingkat waktu evakuasi.

“Terutama menyangkut keselamatan pendaki WNA, karena WNA ini istilahnya tamu negara,” katanya.

Dia juga mengkritisi alat-alat rescue yang belum memadai, terlebih saat peralatan yang dibawa dari bawah menuju titik penyelamatan. Seharusnya peralatan rescue berada di Sembalun ataupun di jalur pendakian, ketimbang berada di Kota Selong, Lombok Timur ataupun Kota Mataram dengan jarak tempuh yang lama. 

“Ketersediaan alat rescue yang komplit, manajemen waktu lebih terjamin karena kecepatan dan ketepatan membantu dalam penyelamatan. Jangan nunggu tim-tim dari bawah misal kota-kota yang ada di bawah Rinjani,” sarannya.

Bukan hanya itu, ia juga mengkritisi mekanisme sebelum evakuasi yang diawali dengan acara seremonial seperti apel-apel dari aparat,  hal ini dinilai kurang dapat diterima dari sisi rescue.

“Kami harapkan peralatan rescue disegerakan  dan harus ada di Sembalun selengkap-lengkapnya,” pinta presiden Sembalun Foundation ini. 

Hamka meminta pemerintah mengambil pelajaran dari evakuasi WN Brasil tersebut, saat evakuasi dari semua stakeholder pemerintah daerah  hingga pusat  terkesan gelagapan, lantaran menyangkut pertaruhan negara di dunia internasional.

“Ini pertaruhan dunia pariwisata, khususnya olah-olahraga ekstrim termasuk pendakian ini,” pungkasnya.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved