Sosok Ray Sahetapy, Aktor Kawakan yang Meninggal Dunia di Usia 68 Tahun
Sebelum meninggal dunia, Ray Sahetapy diketahui mengalami sakit dalam beberapa waktu terakhir.
TRIBUNLOMBOK.COM - Berikut ini sosok dan profil Ray Sahetapy.
Ray Sahetapy meninggal dunia Selasa (1/4/2025) sekitar pukul 21.04 WIB.
Sang anak, Surya Sahetapy yang menyampaikan kabar duka tersebut melalui unggahan di akun Instagram pribadinya.
Dalam unggahan Instastory-nya, Surya membagikan foto dirinya bersama Ray.
“Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Titip salam cinta dan kangen ke Kak Gisca, Dad,” tulis Surya Sahetapy, Selasa (1/4/2025).
Baca Selanjutnya: Profil aktor senior ray sahetapy yang meninggal dunia sang anak sampaikan kabar duka
Dalam Instagram-nya, Dewi Yull juga mengunggah foto Surya bersama Ray Sahetapy.
Diketahui, Dewi Yull menikah dengan Ray Sahetapy. Keduanya, memiliki empat orang anak.
Pernikahan tersebut, berjalan selama 23 tahun dan berakhir pada tahun 2004.
Kemudian, Ray Sahetapy menikah dengan Sri Respatini Kusumastuti pada Oktober 2004.
Sebelum meninggal dunia, Ray Sahetapy diketahui mengalami sakit dalam beberapa waktu terakhir.
Kesehatannya mulai menjadi perhatian publik ketika putranya, Rama Sahetapy, mengunggah foto bersama sang ayah, meminta doa agar kondisinya membaik.
Awalnya, keluarga tidak menjelaskan secara rinci penyakit yang diderita Ray, sehingga menimbulkan spekulasi di kalangan masyarakat.
Namun, akhirnya, Rama mengungkapkan bahwa sang ayah tengah berjuang melawan stroke.
Sosok Ray Sahetapy
Ray Sahetapy lahir 1 Januari 1957.
Dia adalah salah satu aktor paling populer dan disegani di generasinya, sering memerankan pria kompleks dengan nuansa dan karakter yang dalam.
Karier beraktingnya membentang lebih dari empat dekade, penampilannya yang mengesankan termasuk yang paling diapresiasi saat itu, dalam film-film drama seperti Ponirah Terpidana (1983), Tatkala Mimpi Berakhir (1987) dan Jangan Bilang Siapa-Siapa (1990).
Ia telah dinominasikan untuk Piala Citra di Festival Film Indonesia tujuh kali, enam di antaranya untuk Aktor Terbaik, dan memegang rekor nominasi terbanyak dalam kategori tersebut tanpa kemenangan.
Masa kecilnya dihabiskan di Panti Asuhan Yatim Warga Indonesia, Surabaya.
Sejak remaja, Ray bercita-cita menjadi aktor.
Ray meneruskan kuliah di Institut Kesenian Jakarta pada 1977, seangkatan dengan Deddy Mizwar dan Didik Nini Thowok.
Ia menikah dengan Dewi Yull pada tanggal 16 Juni 1981, tanpa restu dari orang tua Dewi, karena perbedaan agama (pada saat itu Dewi beragama Islam dan Ray beragama Kristen).
Kemudian, Ray memutuskan menjadi seorang mualaf pada tahun 1992.
Pasangan ini mempunyai empat orang anak, yakni Giscka Putri Agustina Sahetapy (1982—2010), Rama Putra Sahetapy (1992), Surya Sahetapy (1994), dan Muhammad Raya Sahetapy (2000).
Sayangnya, Dewi memilih menolak poligami sehingga memutuskan menggugat cerai Ray.
Dewi melakukannya karena Ray hendak menikah lagi dengan Sri Respatini Kusumastuti, seorang janda beranak dua yang merupakan pengusaha kafe dan katering, yang pernah menjadi dosen seni pertunjukan di Institut Kesenian Jakarta.
Baca juga: Ray Sahetapy Sakit Stroke, Dari Tak Bisa Jalan Kini Kondisi Sang Aktor Membaik, Bicara Belum Lancar
Mereka resmi bercerai pada 24 Agustus 2004.
Ray menikah dengan Sri di bulan Oktober 2004.
Ia merupakan pemimpin dari organisasi Perhimpunan Seniman Nusantara.
Film perdananya dirilis pada tahun 1980 dengan judul Gadis yang merupakan arahan dari sutradara Nya' Abbas Akup.
Dalam film inilah, ia bertemu dengan Dewi Yull yang merupakan istri pertamanya.
Lewat film Noesa Penida yang tayang pada tahun 1988, Ray dinominasikan sebagai aktor terbaik pada Festival Film Indonesia 1989.
Selain itu, ia juga pernah dinominasikan sebanyak tujuh kali dalam ajang yang sama, yakni melalui film Ponirah Terpidana (Festival Film Indonesia 1984), Secangkir Kopi Pahit (Festival Film Indonesia 1985), Kerikil-Kerikil Tajam (Festival Film Indonesia 1985), Opera Jakarta (Festival Film Indonesia 1986), Tatkala Mimpi Berakhir (Festival Film Indonesia 1988), dan Jangan Bilang Siapa-Siapa (Festival Film Indonesia 1990).
Ketika industri film Indonesia mengalami mati suri, ia tetap eksis di dunia seni peran.
Ray membangun sebuah sanggar teater di pinggiran kota dan membentuk komunitas teater.
Lewat sanggarnya ini, ia pernah membuat geger lantaran gagasan tentang perlunya mengubah nama Republik Indonesia menjadi Republik Nusantara.
Pada pertengahan 2006, ia kembali aktif di dunia film dengan membintangi Dunia Mereka.
(Tribunnews/Tribun Jakarta)
Profil Rich Brian, Musisi Global yang Kariernya Bermula dari Konten Lucu |
![]() |
---|
Lirik Lagu Jangan Ada Dusta di Antara Kita, Populer Sejak Tahun 1992, hingga Didengar Snoop Dogg |
![]() |
---|
Profil Aktor Tampan Kim Min Kyu, Bintang Drakor The Heavenly Idol, Pernah Hampir Debut di Seventeen |
![]() |
---|
Profil Keisya Levronka: Riwayat Pendidikan, Karir dan Prestasi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.