Puisi Amelia Safitri: Aku dan pikiranku, Atelophobia
Berikut ini puisi Amelia Safitri yang berjudul Aku dan pikiranku dan Atelophobia
Oleh: Amelia Safitri
Aku dan pikiranku
Di malam yang hening, pikiran melayang tak terkendali,
Dalam labirin khayal, overthinking merajai hati.
Bayang-bayang ragu menghiasi pikiran.
Overthinking, penjahat khayal, menculik kedamaian.
Ruang yang terus memunculkan pertanyaan,
Tanpa berhenti, tak kenal lelah, menciptakan kegilaan.
Aku terperangkap dalam lorong pikiran yang terlalu dalam,
Sehingga terjebak dalam kegelapan pikiran yang kelam.
Bayangan masa depan dan jejak masa lalu,
Menghantui seperti peluru penanda waktu berlalu,
Ketidakpastian menyulut api kecemasan,
Overthinking, penjara tanpa kunci, tanpa pembebasan.
Kadang-kadang, aku berharap pikiranku bisa beristirahat,
Bukan malah memikirkan banyak hal dan berakhir tersesat.
Bisakah kita lepas dari belenggu pikiran?
Menghindar dari penjara angan yang menyesatkan.
Overthinking, seperti racun yang mengalir dalam darah,
Mengubah keindahan hidup menjadi kekacauan yang tak terarah.
Rentetan kata-kata, scenario yang mengarang,
Overthinking mengubah ketenangan menjadi perang.
Namun, di antara gelapnya pikiran yang terlalu berlebihan,
Mungkin ada cahaya kecil yang menuntunku ke kejernihan.
Overthinking, seperti badai yang datang dan pergi,
Aku berharap akan datang waktunya ketenangan yang sejati.
Atelophobia
Di keheningan malam, Aku membuka mataku dalam kegelapan,
Hatiku terjebak dalam labirin kekhawatiran dan ketakutan,
Aku seperti bunga yang merunduk, meragukan diri sendiri,
Bersembunyi dibalik topeng, menutup kelemahan yang merajai.
Aku melihat cermin, mencari kebenaran dalam refleksi,
Tapi hanya bayangan rasa ragu yang ku temui.
Mata yang penuh rasa takut menanyakan sebuah pertanyaan.
Apakah aku cukup baik di mata orang, ataukah aku hanya bayangan?
Insecure, seperti hujan yang tak kunjung berhenti,
Menciptakan kelemahan dan rasa takut yang semakin merajai.
Setiap langkahku dipenuhi oleh desas-desus kekhawatiran,
Seakan-akan segala sesuatu di sekitarku menjadi kritik yang tak terucapkan.
Perasaan insecure seperti luka yang tak kunjung sembuh,
Menempati jiwa dan merusak pondasi keyakinan yang rapuh.
Menggali dan menggali, menyisakan jejak ketidakyakinan.
Yang hanya menemukan keraguan dan ketidaksempurnaan.
Dalam senja yang redup, hatiku menjadi semakin ragu,
Berusaha bersembunyi di balik senyuman palsu.
Menutupi ketidakamanan yang merayap di dalam diri,
Menyembunyikan diriku yang menyedihkan ini.
Aku ingin terbang bebas, tanpa belenggu rasa takut dan ragu,
Mencoba menemukan keindahan dan awal yang baru.
Namun insecure, seperti rantai yang sulit untuk diputus.
Tetapi bukan berarti harapan hilang dan pupus.
Insecure adalah keberanian untuk menerima diri sendiri,
Bukanlah kelemahan, melainkan pintu menuju keberanian sejati.
Mungkin di antara semua ketakutan, keragu dan kecemasan,
Aku bisa menemukan keindahan di dalam ketidaksempurnaan
(*)
| Mastera 2025: Ketika Penyair Muda Asia Tenggara Menyatukan Hati Lewat Kata |
|
|---|
| Simak Keunikan Potensi Budaya KSB hingga Didorong Membangun Museum Daerah |
|
|---|
| Refleksi 17 Tahun Dewan Anak Mataram, Puisi Haru dan Pentas Wayang Botol |
|
|---|
| Pjs Bupati KSB Ingatkan Bahasa Sumbawa Jangan Hilang dari Tradisi Tutur |
|
|---|
| Gilang Sakti Ramadhan Tur Buku Puisi Amerikano di 10 Titik Pulau Lombok |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.