Harapan yang Pupus
Aku mencoba meyakinkan dan memberanikan diri untuk mulai mencintai dia dengan sepenuh hati
Oleh: Nurshahifah Fithri
Kisah cintaku dimulai sejak kami masuk kelas 2 SMA. Pada saat itu aku dan dia sering bercanda satu sama lain. Pergi ke kantin pun selalu bersama.
Dia selalu ada di saat aku membutuhkannya, dia memperlakukan aku dengan baik, layaknya seorang putri raja yang ada pada Negeri Dongeng.
Aku sadar mungkin dia lah laki-laki yang selama ini aku idam-idamkan. Kami kebetulan sekelas dan pastinya sangat mudah untuk kami saling berkomunikasi.
Biasanya disaat jam kosong, Kami selalu duduk berdua sembari bercerita tentang hal-hal random.
Seiring berjalannya waktu kami memiliki persaaan satu sma lain. Akhirnya, dia memberanikan diri mengungkapkan perasaannya saat memasuki kelas 3 SMA.
"Sebenarnya aku dari kelas 2 SMA sudah menyukaimu," kata dia dari ujung sambungan telepon.
Aku pun termenung. Aku belum selesai dengan masa lalu. Di sisi lain aku juga sudah tertarik dengannya.
"Aku juga pernah menganggumi saat pertama kali melihatmu, pada saat sedang Matsama sekolah," jawabku jujur.
Yah, memang benar pada saat itu aku sedang punya pacar. Jadi aku cuma bisa menaruh rasa kagum.
Setelah itu dia juga mulai mengatakan hal-hal yang selama ini dia pendam.
"Aku dari dulu memang menyukaimu tetapi aku hanya tidak enak karena mantan pacarmu adalah temanku."
Jawabanku kemudian beralih untuk menjelaskan bahwa aku sudah bukan lagi milik siapa-siapa.
Rupanya hal itu yang membuatnya yakin untuk mengungkapkan perasaannya padaku.
"Sekarang aku tidak mau memendam perasaan ini. Jadi kamu mau nggak kalau kita pacaran?", tanya dia.
Aku tidak langsung menjawab. Entah itu menerima atau menolak.
"Kalau mau ngajak pacaran yang serius itu engak usah lewat HP. Aku maunya secara langsung," jawabku sambil sedikit tertawa.
Aku dan dia bertemu di sekolah keesokan harinya. Obrolan langsung ke soal kepastian hubungan.
"Gimana nih, sekarang mau gak kita pacaran?". Aku merenung lama. Terbayang kandasnya hubungan dengan kekasihku sebelumnya.
"Iya," seketika bibirku menjawab.
"Oh sekarang kan tanggal 19-09-2019 berarti kita sekarang udah resmi pacaran. Tanggal cantik dong hehe".
Hari berlalu. Tapi semakin waktu berjalan, perasaanku makin hampa.
Rasa yang pernah ada tiba- tiba menghilang begitu saja. Untuk duduk berdua di kelas saja rasanya risih.
Aku kadang-kadang cuek dan menghindar. Aku bingung dengan diriku sendiri.
Ajakannya untuk mengunjungi rumahku selalu kuhindari.
Seiring berjalannya waktu hati sama perasaan mulai terbolak balik.
Aku yang dulunya kurang mencintai dia,tiba-tiba di berikan perasaan yang hampir tak terkendali.
Pada saat itu perasaan dia sepertinya juga berkurang, karena hati seseorang memang terbolak balik.
Tetapi walaupun begitu kami tetap menjalani hubungan dengan baik, di satu sisi dia memahami di satu sisi lagi aku juga lebih memahami apa yang kita inginkan satu sama lain.
Aku mencoba meyakinkan dan memberanikan diri untuk mulai mencintai dia dengan sepenuh hati, dan akhirnya kami sama-sama saling mencintai satu sama lain walaupun banyak problem yang kami lalui bersama. Sampai lulus sekolah pun kami masih bersama menjalani suka ataupun duka.
Jalan berbeda kami ambil. Aku melanjutkan kuliah. Dia mengurus sapi di rumah. Seperti biasa
Kebiasaan pun tak berubah. Membahas masa depan bersama. Menikah lalu punya rumah.
"Pacaran udah Lima tahun yakali kita gak nikah," tanyaku. Dia menjawab, "Sabar, emang kamu mau makan pake pasir kalau kita nikah sekarang?" jawabnya sambil tertawa.
Setelah penantian panjang akhirnya hari libur kuliah pun tiba.
Aku memutuskan untuk pulang dengan perasaan begitu bergejolak. Ingin sekali bertemu denganya.
Santapan yang disiapkan ibu dan bapak lahap sekali kulahap. Rindu akan rumah aku sampaikan dengan memeluk orang tua dan adikku.
Begitu juga rinduku pada dia. "Hey beby how are you! Can we meet today! I miss you so much."
"I am good and I miss you too, tentu saja kita bisa ketemu. Aku juga lagi gak sibuk," timpalnya.
Tak lama berselang, dia menjemputku sekaligus meminta restu ke orang tuaku untuk mengajakku keluar.
Izin didapat. Kami lalu bergegas mengelilingi tempat pacaran semasa SMA dulu. Juga tempat istimewa kami, Embung Mbual.
Kami selalu menghabiskan waktu bersama di tempat itu. Berbagi cerita, berbagi tawa ataupun duka.
Aku sangat bahagia berada di sampingnya serasa ingin hidup selamanya bersamanya.
aku ingin menghabiskan sepanjang hidupku bersamanya.
Liburan usai. Aku pun kembali ke kesibukanku di perguruan tinggi.
Rupanya itu adalah awal dari nestapa yang menimpaku selanjutnya.
Dia menghilang tanpa kabar. Telepon tak pernah dijawab. Apalagi pesan singkat.
Akupun dipenuhi dengan berbagai macam pertanyaan yang Ada di benakku.
Hari demi hari aku selalu mengirim pesan kepadanya sambil bertanya-tanya kamu kenapa? Kamu kenapa? Aku salah apa? Aku salah apa?.
"Gak tahu," jawabnya singkat yang bagiku itu pertanda buruk.
"Aku mau hubungan Kita sampai di sini saja. Aku minta maaf atas semuanya sama kamu." Keputusannya itu mengagetkanku.
Aku hanya bisa menangis terisak-isak di pojokan lemari tanpa membalas sedikit pun ucapannya.
Hari demi hari berlalu. Aku bisa menjalani aktivitas kembali seperti biasa setelah bisa melupakannya meski tidak dengan kenangannya.
Aku mengingat kembali tingkahku yang seolah seperti mengemis cinta lagi darinya. Bagiku itu tidak penting asal dia bisa kembali di pelukku lagi.
"Apa hubungan kita tidak bisa di perbaiki, kita sudah lima tahun bersama, secepat itu kah kamu melupakan kenangan yang telah kita lalui bersama?", kataku kepadanya di satu waktu aku bisa menghubunginya.
Dia hanya menjawab tidak tahu.
"Ternyata sakit terlalu mengharapkan dan mencintai seseorang dengan sangat tulus," gumamku dalam hati.
Empat bulan kulalui seperti ini. Hingga akhirnya aku merasa sudah cukup hidup seperti ini.
Pilihanku satu-satunya adalah melepaskannya dengan ikhlas.
(*)
Mastera 2025: Ketika Penyair Muda Asia Tenggara Menyatukan Hati Lewat Kata |
![]() |
---|
Simak Keunikan Potensi Budaya KSB hingga Didorong Membangun Museum Daerah |
![]() |
---|
Pjs Bupati KSB Ingatkan Bahasa Sumbawa Jangan Hilang dari Tradisi Tutur |
![]() |
---|
Komunitas Akarpohon Gelar Majelis Buku Tipis, Delapan Penulis Bicara Proses Kreatif |
![]() |
---|
Puisi Nasya Almira: Tinggal di masa lalu, Puan dalam khianat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.