Ramadan 2023
Kisah Suami Istri Pemulung Jadi Juru Parkir Dadakan di Bulan Ramadan
Lalu saat memasukin bulan Ramadan, mereka menjadi juru parkir dadakan di kawasan takjil di Jalan Majapahit, tepatnya di depan kantor PUPR NTB.
Penulis: Jimmy Sucipto | Editor: Robbyan Abel Ramdhon
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Jimmy Sucipto
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Banyak cara dilakukan orang untuk mendapatkan uang.
Seperti yang dilakukan sepasang suami istri yang mendadak bekerja sebagai juru parkir ini, Abdul dan Sumarnah.
Selain berprofesi sebagai juru parkir, mereka sehari-hari juga bekerja sebagai pemulung.
Lalu saat memasukin bulan Ramadan, mereka menjadi juru parkir dadakan di kawasan takjil di Jalan Majapahit, tepatnya di depan kantor PUPR NTB.
Baca juga: Jadwal Buka Puasa dan Imsak Selama Ramadan 2023 di Kota Mataram
Setiap kali jadi juru parkir di bulan Ramadan, Abdul dan Sumarnah bisa mendapatkan uang hingga Rp50 ribu per hari.
Sementara dalam sebulan, biasanya mereka bisa mengantungi bayaran bersih sebesar Rp200 ribu.
"Segitu (Rp200 ribu) karena sudah dipotong sama banyak hal. Dari untuk membeli lauk, serta pakaian dan lainnya," ungkap Abdul, Jumat (24/3/2023).
Dari pantauan TribunLombok.com, Sumarnah lebih banyak menangani parkir untuk kendaraan roda dua (motor).
Baca juga: Melayu Kuliner Night Akan Hadir di Ampenan Selama Bulan Ramadan
Walau begitu, ia terlihat masih kesulitan dan menyesuaikan tenaga tiap kali memarkir.
"Iya, sekitar tiga bulan yang lalu, saya sempat kecelakaan dan tangan saya patah," kata Abdul.
Pasangan yang sudah punya tiga anak itu mengaku, mereka sudah menjadi juru parkir dadakan tiap bulan Ramadan sejak bertahun-tahun lalu.
"Sudah bertahun-tahun begini pak. Lupa saya sekitar tahun berapa saya mulai menjadi juru parkir dadakan begini, karena tradisi jualan takjil di sini juga sudah lama," tutur Abdul.
Selain mereka berdua, di kawasan itu juga terdapat belasan juru parkir lain yang bekerja.
Dan Abdul mengaku, bahwa mereka menjadi juru parkir atas seizin juru lainnya.
"Sudah izin ke mereka. Karena kami liar, dan mereka resmi serta membayar pajak ke Dishub," ungkapnya.
Abdul dan Sumarnah tidak berharap banyak dari profesi itu. Mereka merasa, bisa membeli lauk untuk mengisi perut saat beribadah puasa sudah lebih dari cukup.
Bergabung dengan Grup Telegram TribunLombok.com untuk update informasi terkini: https://t.me/tribunlombok.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.