Pemilu 2024

Viva Yoga Heran Terhadap Hasil Survei yang Menyebut PAN Selalu Tak Lolos Parlemen

Viva s mengutip data resmi KPU RI. Ia mengatakan bahwa di Pemilu 2004 PAN memperoleh suara nasional sebesar 6,44 persen.

|
Editor: Dion DB Putra
FOTO ISTIMEWA/KIRIMAN MITRA
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil survei terkait tingkat elektabilitas partai politik, Selasa (7/2/2023). 

TRIBUNLOMBOK.COM, JAKARTA - Pimpinan Partai Amanat Nasional ( PAN ) bicara soal temuan hasil survei terkait elektabilitas Parpol, khususnya survei yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA.

Wakil Ketua Umum PAN Viva Yoga Mauladi mengaku heran terhadap hasil survei yang dirilis LSI Denny JA. Sebab, kata dia, survei kerap menyatakan PAN tak lolos parlemen namun yang terjadi justru sebaliknya.

Baca juga: Survei: Tujuh Parpol Lolos Ambang Batas Parlemen, PDIP Berpeluang Hattrick di Pemilu 2024

“Jika hasil dari lembaga survei itu akurat, valid, dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral akademis maka semestinya sejak Pemilu 2004 PAN tidak lolos parliamentary threshold alias PAN tak dapat kursi DPR RI,” kata Viva Yoga saat dihubungi, Rabu (8/2/2023).

“Tetapi hasil survei mereka itu selalu tidak terbukti. Sampai Pemilu 2019 lalu PAN masih memperoleh kursi DPR RI,” sambung dia.

Viva s mengutip data resmi KPU RI. Ia mengatakan bahwa di Pemilu 2004 PAN memperoleh suara nasional sebesar 6,44 persen. Kemudian di Pemilu 2009, PAN mendapat suara sebesar 6,01 persen.

Selanjutnya di Pemilu 2014 sebesar 7,59 persen dan Pemilu 2019 sebesar 6,84 persen. Angka ini, kata Viva, menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara hasil survei dengan data KPU tersebut.

“Aneh enggak sih, mengapa sekelas LSI selalu konsisten salah dalam meneliti tentang PAN,” kata Viva.

“Apakah lembaga survei itu tidak kredibel? Tidak berlandaskan pada kaidah ilmiah? Apakah sentimen pada PAN? Atau karena faktor lain? Tentu akan banyak pertanyaan masyarakat dari tidak akuratnya hasil survei mereka, sejak 2004 sampai sekarang,” lanjut dia.

Sekjen PAN Eddy Soeparno juga mempertanyakan hasil survei tersebut. Sebab kata dia, faktanya dari Pemilu ke Pemilu PAN selalu lolos parlemen meski hasil survei kerap menyajikan bahwa PAN tak lolos parlemen.

“Misalnya PAN kok salah mulu, ya perlu dievaluasi juga, kok mereka bisa melakukan itu, kesalahan dan berulang-ulang, tetapi tetap saja ditampilkan hasil survei itu,” tuturnya.

Eddy pun mengimbau kepada masyarakat agar dapat berpikir jernih dalam menyikapi hasil survei terkait Parpol. Selain data yang disajikan, sambung dia, publik perlu menelaah lebih jauh terkait profil dari lembaga survei yang menyelenggarakan jajak pendapat kepada masyarakat.

“Kami juga imbau kepada masyarakat untuk lebih jelih dan teliti ketika menelaah kajian terhadap survei, dengan melihat juga rekam jejak survei terhadap survei-survei tertentu yang mereka lakukan,” pungkas Eddy.

Seperti diwartakan Tribun sebelumnya, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil survei terkait tingkat elektabilitas Parpol.

Peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa mengatakan, dalam survei kali ini terdapat 4 kategori Parpol, yakni partai besar, menengah, kecil dan nol koma.

Untuk kategori partai besar ditempati tiga partai dengan angka elektabilitas tertinggi. Ada PDIP dengan 22,7 persen, Golkar 13,8 persen dan Gerindra 11,2 persen.

“Dari 18 partai yang ada yang siap kontestasi di 2024, hanya 3 partai yang masuk kategori partai besar, PDIP, Golkar dan Gerindra,” kata Ardian Sopa.

Kemudian pada kategori menengah terdapat PKB dengan angka elektabilitas 8,0 persen, Demokrat 5,0 persen dan PKS 4,9 persen serta NasDem 4,4 persen. Ardian menjelaskan bahwa partai kategori menengah ini berdasarkan angka elektabilitas pada rentang 4 hingga 10 persen.

Sementara untuk klasemen selanjutnya, yakni partai kecil yang memiliki angka elektabilitas pada rentang 1-4 persen. Kategori ini dipimpin oleh Partai Perindo dengan angka 2,8 persen. Di posisi selanjutnya justru diisi oleh parpol yang saat ini berada di parlemen, yakni PAN dan PPP dengan masing-masing angka 1,9 persen dan 2,1 persen.

“Jadi secara dukungan, 3 partai ini Perindo, PPP dan PAN berada di kategorisasi partai kecil,” tuturnya.

“Sehingga sebenarnya per survei ini dilakukan mereka belum lolos melewati parliamentary threshold 4 persen,” lanjut Ardian.

Kemudian kategori terakhir adalah partai nol koma, yakni partai politik dengan angka elektabilitas di bawah 1 persen.

Terdapat sejumlah Parpol pada kategori ini, di antaranya PSI dengan angka 0,5 persen, PBB, Garuda dan Partai Ummat masing-masing berada di angka 0,3 persen.

Kemudian ada Hanura, Partai Buruh, Partai Gelora dan juga Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) yang berada di angka 0,1 persen.

“Hampir semua partai baru, ada juga partai lama yang masuk ke partai nol koma ini,” tuturnya. (tribun network)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved