Acara Adat Ngayu Ayu, Komitmen Masyarakat Adat Sembalun Menjaga Nilai-Nilai Leluhur
Masyarakat adat Sembalun masih menjaga dan melestarikan upacara adat Ngayu Ayu yang digelar setiap tiga tahun sekali. Patut masuk kalender pawisata.
Penulis: Ahmad Wawan Sugandika | Editor: Sirtupillaili
Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Ahmad Wawan Sugandika
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Bupati Lombok Timur HM Sukiman Azmy memuji komitmen masyarakat adat Sembalun yang masih menjaga dan menjalankan adat dan tradisi Ngayu Ayu.
Meski ritual adat Ngayu Ayu berlangsung berhari-hari, nyatanya masyarakat Sembalun mampu menggelar kegiatan ini secara konsisten.
Ngayu Ayu, kata Bupati Sukiman, merupakan kegiatan menarik yang menggambarkan hubungan antara manusia dan manusia lainnya.
Juga manusia dengan alam sekitar, serta manusia dengan penciptanya.
"Ritual tersebut adalah perwujudan ajaran Islam yang mengingatkan pentingnya menjaga hubungan antar manusia, serta hubungan manusia dengan Allah, sang pencipta, serta hubungan antara manusia dengan dan alam yang diciptakan-Nya," kata Sukiman.
Bupati mengakui tidak mudah melestarikan adat istiadat di tengah semakin tipisnya batasan geografis berkat kemajuan teknologi informasi.
Era digital saat ini menyebabkan serbuan nilai-nilai dari berbagai kebudayaan lain masuk dengan sangat mudah.
"Akan tetapi masyarakat Sembalun dapat menunjukkan komitmen, ditambah pula konsisten terhadap komitmen tersebut," katanya.
Baca juga: Prosesi Upacara Adat Ngayu Ayu Masyarakat Sembalun, Ritual Menghormati Jasa Leluhur
Bupati Sukiman menegaskan, konsistensi ini menjadi modal penting menyebarluaskan adat istiadat luhur, khususnya sebagai sebuah objek wisata budaya.
Hal ini juga terkait upaya Pemda memajukan sektor pariwisata.
Karena itu, Dinas Pariwisata diharapkan memasukkannya dalam kalender event wisata Lombok Timur dan NTB.
Konsistensi itu diharapkan pula dapat mendorong wisatawan yang datang, baik lokal maupun manca negara.
Sehingga mereka dapat lebih menghargai keberadaan masyarakat adat Sembalun.
Tidak saja sebagai objek wisata, tetapi sebagai benteng terakhir penjaga keseimbangan ekosistem di Kawasan Geopark Rinjani.