Pegiat Perempuan Beri Tips Agar Mahasiswi Terhindar dari Kasus Kekerasan Seksual
Fungsi orang tua sebagai sahabat agar sang anak bisa bercerita ataupun curhat soal keresahannya
Penulis: Jimmy Sucipto | Editor: Wahyu Widiyantoro
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Jimmy Sucipto
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Belakangan ini mencuat laporan kasus kekerasan seksual terhadap mahasiswi di Mataram dengan modus kegiatan akademik.
Advokasi dan Pemberdayaan Perempuan Senyum Puan, Eno Liska Walini, Minggu (3/7/2022) memberi tips menghindari kasus pelecehan seksual.
Menurut Eno, sangat penting membangun komunikasi yang baik antara orang tua dan anak agar mampu menjadi sahabat sang anak.
Fungsi orang tua sebagai sahabat dimaksud oleh Eno agar sang anak bisa bercerita ataupun curhat soal keresahannya, ataupun masalah yang sedang mereka alami.
Baca juga: Uniknya Sampan GP di Lombok Timur, Festival Balapan Perahu yang akan Jadi Event Pariwisata Rutin
Eno juga menjelaskan, peranan sang orang tua ke anak tidak hanya serta merta memberikan perintah dan larangan.
Namun, sang anak membutuhkan figur orang tua yang bisa dijadikan sahabat, untuk diajak berbagi.
Namun, Eno menjelaskan keresahannya terhadap potret orang tua yang ada di zaman kekinian.
"Orang tua yang menjadi figur sahabat bagi anak sepertinya masih sulit untuk diwujudkan oleh orang tua. Sehingga anak terkadang lebih dekat dengan temannya sendiri daripada dengan keluarga," kata Eno.
Eno mencoba untuk mengajak orang tua agar selain mendidik, mengawasi dan menjadi pantutan, tapi juga menjadi sahabat dan melindungi anak dengan kasih.
Eno berharap agar orang tua turut menciptakan relasi antar anggota keluarga dengan baik, sehingga komunikasi dua arah antara orang tua dan anak tetap terjalin.
Bagi Eno, peranan orang tua menjadi konselor bagi anak juga hal yang penting.
"Sederhananya, orang tua seharusnya lebih sering mengajak anak untuk berdiskusi soal masalah apa yang sedang dialami atau keresahan yang dialami anak," tekan Eno.
Hal tersebut ia paparkan agar kasus seperti yang ramai saat ini, anak bisa bercerita dan meminta perlindungan kepada orang tua.
Eno melihat praktik anak-anak sangat takut untuk bercerita karena tembok-tembok yang dibangun oleh orang tua tinggi sekali.
Adapun pemahaman yang sangat penting bagi orang tua, yakni soal kekerasan seksual.
Baca juga: Tegas! Wagub NTB Minta APH Hukum Berat Pelaku Dugaan Kekerasan Seksual 10 Mahasiswi
"Masih banyak yang menyamakan kasus pemerkosaan dengan perzinahan, sehingga anak korban kekerasan seksual justru dinikahkan dengan pelaku," ucap Eno berdasarkan pengalaman yang ia observasi.
Eno juga tidak melupakan peranan penting sang anak dalam kasus pelecehan seksual tersebut.
Bagi Eno, sang anak merupakan korban paling rentan dengan kasus seperti ini, dan ia turut menjelaskan bagaimana cara agar sang anak mampu menghindari kasus pelecehan seksual.
"Kita harus tetap waspada terhadap siapapun, bagi saya semua orang berpotensi menjadi korban dan semua orang juga berpotensi menjadi pelaku," tegasnya.
Selain itu, kata Eno, sang anak perlu membekali diri dengan edukasi seputar kekerasan seksual.
Agar sang anak mampu memahami jenis-jenis kekerasan seksual, relasi kuasa dan sebagainya.
Baca juga: Jenis dan Bentuk Perbuatan Pidana Kekerasan Seksual Menurut UU TPKS, Termasuk Catcalling
Berdasarkan pengalaman Eno, ada beberapa kasus yang pernah ia tangani, ternyata cukup sulit meyakinkan korban bahwa dirinya adalah korban.
"Kasus semacam itu sering terjadi ketika kasus kekerasan dalam relasi pacaran," jawabnya.
Eno juga menambahkan, pelaku seringkali mengintimidasi korban-korbannya ketika melancarkan aksinya.
"Sangat perlu bagi sang anak untuk berani dan tegas menolak ketika pelecehan itu terjadi," tandas Eno Liska Walini, dalam peranan sang anak menghindari kekerasan seksual.
(*)