Mudik Lebaran 2022
Bikin Merinding, Cerita Sopir Truk Es Krim Keliling Indonesia Bertemu Sosok Misterius hingga Preman
Tidak hanya yang mengancam nyawa, Teguh juga pernah mengalami kejadian mistis saat kendaraannya mengalami gangguan di kawasan hutan di Blora
Penulis: Robbyan Abel Ramdhon | Editor: Wahyu Widiyantoro
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Robbyan Abel Ramdhon
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK BARAT – “Terjauh itu ke Aceh,” tutur Teguh, membuka cerita pengalaman terjauhnya mengantar ice cream, kepada TribunLombok.com, pada Sabtu (30/4/2022).
Warga Banjarnegara, Jawa Tengah itu telah melakoni profesi sebagai sopir truk sejak tahun 1999.
Berbagai jenis kendaraan telah dikemudikannya mulai dari yang serba manual hingga tercanggih otomatis.
Baca juga: Cerita Sopir Truk Tronton di NTB, Jarang Lebaran di Rumah dan Hampir Menangis Kangen Cucu
“Sekarang saya bawa truk yang ada kulkas otomatisnya di belakang itu. Siapa kepikiran kalau jaman dulu,” katanya.
Karena tuntutan profesi, Teguh indekos di Jakarta dekat pabrik perusahaan ice cream tempatnya bekerja.
Dari lokasi itu kemudian, ia berangkat ke berbagai daerah di Indonesia untuk mengantarkan ice cream.
Bermalam dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain, dari satu hutan ke hutan lain, berkenalan dengan orang-orang baru, sesuatu yang lumrah dialaminya selama menjadi sopir.
Bahkan saat ditemui Tribunlombok.com di Pelabuhan Lembar, Teguh mengaku telah bermalam di Lombok sejak dua hari yang lalu karena menunggu antrean naik kapal.
Ayah dua anak itu terpaksa menunggu antrean lebih lama karena pihak kapal dan pelabuhan tengah memprioritaskan kendaraan yang membawa penumpang atau pemudik untuk naik lebih dulu.
“Ini bukan pertama kali saya lebaran di pelabuhan,” kenangnya.
Ia bercerita, sejauh yang dia ingat sejak tahun 2015 hingga 2022, ia hanya dua kali mengikuti Hari Raya Idul Fitri 2022 di kampungnya.
“Lebaran tahun kemarin malah di Sumatera,” sambungnya.
Tidak hanya momen lebaran yang dilewatkan Teguh.
Ketika anak-anaknya lahir, ia juga tak sempat menemani istrinya bersalin dan menyaksikan bagaimana rupa bayinya untuk pertama kali.
“Ketika lahiran anak pertama, waktu itu saya sedang di Pangkal Pinang. Yang kedua, saya sedang di Sumatera kalau enggak salah ingat,” katanya.
Kendati jarang bisa pulang ke rumah, Teguh mengaku bersyukur karena ia bisa sehat dan selamat hingga saat ini.
Memang pernah pada suatu ketika, katanya, saat melintasi Lampung, kaca depan truknya ditembak menggunakan senapan api oleh oknum yang diduga preman.
“Waktu itu saya lupa bayar. Semacam uang keamanan buat preman di sana. Makanya saya lebih senang kalau perjalanan ke daerah timur, lebih aman ketimbang ke barat,” ucapnya.
Tidak hanya yang mengancam nyawa, Teguh juga pernah mengalami kejadian mistis saat kendaraannya mengalami gangguan di kawasan hutan di Blora, Jawa Tengah.

Ia bercerita, saat itu, sosok misterius dengan pakaian serba putih datang membantunya memperbaiki kendaraan.
Dan tak butuh waktu lama, kendaraannya segera bisa kembali aktif.
“Kemudian saya masuk sebentar ke dalam untuk ambil dompet, mau kasih (uang) sebagai ucapan terima kasih. Tapi saat saya kembali, orang itu sudah menghilang. Waktu itu sepi, tidak ada orang kecuali saya sendiri,” tuturnya.
Hingga pukul 15.30 WITA di Pelabuhan Lembar, Teguh masih menunggu kapal baru bersandar dan mengantre untuk masuk.
Sambil bercerita, ia berharap bisa pulang ke kampungnya lebih cepat dan menikmati momen lebaran bersama keluarga.
“Tapi realistis. Kemungkinan bisa lebaran di rumah itu kecil. Ini aja baru bisa naik kapal mungkin besok malam. Bagi sopir, lebaran di pelabuhan itu sudah biasa,” demikian Teguh. (*)