Kuliner Lombok

Berkat Teknologi, Ayam Bakar Taliwang Khas Pak Udin Berhasil Bertahan di Masa Pandemi Covid-19

Mereka pun memutuskan untuk bergabung menjadi salah satu mitra merchant GrabFood di tahun 2020

Penulis: Jimmy Sucipto | Editor: Wahyu Widiyantoro
TRIBUNLOMBOK.COM/JIMMY SUCIPTO
Ayam Bakar Taliwang Khas Pak Udin yang siap untuk dibakar dan dihidangkan kepada pelanggan yang datang langsung ke lokasi mereka atau secara pesan antar GrabFood. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Jimmy Sucipto

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAMPembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menjadi momok bagi semua pelaku usaha.

Makna di balik PSBB itu adalah kehadiran teknologi sangat mudah dan cepat hingga berada di dalam genggaman tangan.

Selain itu, teknologi tersebut sejalan dengan usaha yang ada di masyarakat, khususnya GrabFood yang mengakomodir kegiatan usaha berjualan makanan dan minuman.

Baca juga: Bazar Ramadhan 1443 H di Islamic Center NTB, Ajang Pamer Produk UMKM Fashion hingga Kuliner

Baca juga: Bulan Suci Ramadhan di Depan Mata, Kemenparekraf Matangkan Persiapan UMKM Kuliner di Lombok

Perkembangan Teknologi dan PSBB ini dialami langsung Siti Sana’ah (63 tahun) bersama suaminya Saherudin (72 tahun), kepada TribunLombok, Jumat(01/04/2022).

Mereka berdua adalah pemilik rumah makan Ayam Bakar Taliwang Khas Pak Udin yang ramai dikunjungi.

Ayam Bakar Taliwang Khas Pak Udin berlokasi di Jalan Gelatik No. 2B, Cakranegara, Kecamatan Mataram, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.

Ayam Bakar Taliwang Khas Pak Udin pernah mendapati penurunan omzet 75 persen.

Pandemi yang melanda memberikan dampak bagi seluruh pelaku usaha, tak terkecuali usaha milik pasangan suami istri ini.

“Demi mempertahankan usaha ini, segala cara sudah kami lakukan,” jelas Siti.

Ia bahkan sempat buka lebih awal, yang biasanya buka pukul 17.00 WITA tapi mereka mulai berjualan sejak pukul 14.00 WITA hingga pukul 20.00 WITA.

Sedihnya hasilnya tetap sama.

Tidak ada satupun pembeli yang berkunjung ke rumah makan ke Ayam Bakar Taliwang Khas Pak Udin.

“Bahkan kami sempat tidak berjualan selama tiga hari sehingga 20 ekor ayam yang sudah kami potong, terbuang begitu saja,” jelasnya.

Ibu Siti lalu seperti mendapat ilham dari teknologi.

Sumber: Tribun Lombok
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved