Konflik Rusia vs Ukraina

China Terimbas Konflik Rusia dan Ukraina, Program Modernisasi Militer Mereka Terganggu

Ukraina frustrasi karena hubungan Beijing yang terus mesra dengan Mokswa serta ketidakpastian atas bentuk ekonomi dapat mengancam hubungan

Editor: Dion DB Putra
Xinhua via KOMPAS.COM
Kapal induk pertama AL China, Liaoning. Konflik Rusia vs Ukraina mengganggu program modernisasi militer China. 

TRIBUNLOMBOK.COM - Konflik antara Rusia dan Ukraina berdampak langsung pada program modernisasi militer Beijing selama dua dekade terakhir.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa modernisasi militer China terkait erat dengan teknologi, peralatan, dan sumber daya manusia (SDM) dari Ukraina.

Gara-gara operasi militer Rusia ke Ukraina, hubungan strategis antara Kiev dan Beijing terancam rusak. Demikian laporan kantor berita Reuters, Kamis 3 Maret 2022.

Baca juga: Warga Negara Indonesia di Ukraina Mulai Dipulangkan ke Tanah Air

Baca juga: Buntut Konflik Rusia vs Ukraina, Roman Abramovich Jual Chelsea: Sakit Berpisah dengan Cara Begini

Menurut sejumlah analis militer dan diplomat, konflik Rusia vs Ukraina berpeluang merusak perdagangan antara kedua negara yang telah membantu modernisasi militer China selama 20 tahun terakhir.

Ukraina frustrasi karena hubungan Beijing yang terus mesra dengan Mokswa serta ketidakpastian atas bentuk ekonomi dapat mengancam hubungan Ukraina-China.

Analis militer China yang berbasis di Moskwa, Vasily Kashin dari HSE University, mengatakan, Ukraina menjadi "tempat berburu" yang baik bagi teknisi militer China.

"Ada banyak hal di sana, dan dalam beberapa kasus lebih mudah untuk mendapatkannya daripada mendapatkannya dari Rusia," kata Kashin.

"Hubungan seperti itu akan benar-benar hancur," tambah Kashin.

Menurut Kashin, Pemerintah Ukraina marah atas dukungan diplomatik China untuk Rusia dalam konflik di negeri negeri itu.

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) melaporkan, kapal induk pertama China merupakan kapal era Uni Soviet yang Beijing beli dari Ukraina.

China juga membeli mesin untuk pesawat latih, kapal perusak, tank, serta pesawat angkut dari Ukraina.

Data SIPRI menunjukkan, kesepakatan antara China dan Ukraina setiap tahun menghabiskan setidaknya antara 70 juta dollar AS hingga 80 juta dollar AS.

Program yang sudah berjalan lama termasuk kesepakatan senilai 317 juta dollar AS hingga 319 juta dollar AS untuk menyediakan kendaraan serbu amfibi.

Ada kesepakatan senilai 380 juta dollar AS berupa mesin turbofan untuk pesawat latih tempur JL-10 milik China, menurut data SIPRI.

Kesepakatan penting lainnya adalah penjualan 30 turbin gas untuk 15 kapal perusak Type-052D.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved