Menag Terbitkan Pedoman Penggunaan Pengeras Suara Masjid, Ini Respons Kepala IC NTB
Kepala Islamic Center (IC) Nusa Tenggara Barat, Syarif Hidayatullah memberikan respon terkait aturan toa pengeras suara
Penulis: Patayatul Wahidah | Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Patayatul Wahidah
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM – Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, mengeluarkan Surat Edaran pedoman pengeras suara di masjid dan musala.
Kepala Islamic Center (IC) Nusa Tenggara Barat, Syarif Hidayatullah memberikan respon terkait aturan toa pengeras suara yang dikeluarkan Kementerian Agama tersebut.
Ia menyebut IC sebagai masjid di bawah naungan Provinsi NTB mengikuti peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah termasuk aturan mengenai pengeras suara ini.
“Jadi daripada prinsipnya jikalau aturan itu untuk kemaslahatan umat kami siap melaksanakan apapun itu aturannya,” kata Syarif saat ditemui Tribunlombok.com di ruangannya, Jumat (25/2/2022).
Baca juga: Unggah Video Pernyataan Menag Yaqut Soal Speaker Masjid dan Gonggongan Anjing, Roy Suryo: Ambyar!
Aturan Menag tersebut bagi Syarif dinilai sebagai cara untuk menjunjung toleransi di mana masyarakat NTB terdiri dari masyarakat yang majemuk.
Terkait pedoman pengeras suara ini, IC NTB selama ini telah mengikuti aturan pemerintah.
Seperti 15 menit sebelum adzan dikumandangkan, lantunan ayat suci al quran dinyalakan dengan menggunakan pengeras suara luar.
Sementara saat tadarus di bulan Ramadan, IC NTB menggunakan speaker dalam.
Baca juga: Yaqut Dihujat Gegara Pernyataan Sepiker Masjid dan Gonggongan Anjing, Kemenag: Bukan Membandingkan
Jika pun nanti peraturan terbaru terkait pengeras suara di Masjid kembali dikeluarkan pemerintah, Syarif menyebutkan IC NTB akan melaksanakannya.
Sebelumnya Surat Edaran pedoman pengeras duara di Masjid ini diterbitkan Menag 18 Februari 2022.
Surat Edaran Menteri Agama No SE 05 Tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala ini disebut sebagai “upaya meningkatkan ketentraman, ketertiban dan keharmonisan antar warga”.
Ada beberapa poin yang membedakan SE Menag dengan Instruksi Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, antara lain di poin volume pengeras suara.
Di mana dalam SE volume pengeras suara diatur sesuai dengan kebutuhan dan paling besar 100 desibel.
Lalu, sebelum waktu salat Subuh dan Jumat, pengeras suara luar digunakan paling lama 10 menit untu pembacaan Al-Qur’an atau selawat/tarhim dan paing lama lima menit sebelum salat Zuhur, Asar, Magrib, Isya.
Kemudian, suara yang dikeluarkan melalui pengeras suara perlu bagus atau tidak sumbang serta pelafazan yang baik dan benar.
(*)