Ketika Pekerja Migran NTB Pulang Kampung, Bangun Usaha dan Suplai Kopi ke KEK Mandalika  

Para pekerja migran Indonesia (PMI) asal Nusa Tenggara Barat (NTB) tidak selamanya meninggalkan cerita duka.

Dok. Disnakertrans NTB
USAHA MANDIRI: Kepala Disnakertrans NTB I Gede Putu Aryadi (dua dari kiri) melihat kopi buatan para mantan PMI, saat pelatihan, Rabu (25/8/2021). 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Sirtupillaili

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM –  Para pekerja migran Indonesia (PMI) asal Nusa Tenggara Barat (NTB) tidak selamanya meninggalkan cerita duka.

Banyak PMI pulang dengan cerita sukses. Terutama mereka yang berangkat kerja sesuai prosedur. 

”Setelah pulang, mereka sukses menjadi wirausaha mandiri. Inilah yang harus dicontoh,” ujar Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) NTB I Gede Putu Aryadi, saat membuka kegiatan pemberdayaan PMI purna penempatan, di Aula LTSA, Rabu (25/6/2021).

Para peserta merupakan PMI yang pernah bekerja di Arab Saudi, Malaysia, dan Brunei Darussalam.

Pelatihan dilakukan selam dua hari, 25-26 Agustus 2021.

Baca juga: Gubernur NTB Optimis Tetebatu Menang di Kompetisi Desa Wisata Dunia 2021

Para mantan PMI dari Dusun Kumbi, Desa Pakuan, Narmada, Lombok Barat merupakan salah satu contoh kelompok PMI sukses.   

Para mantan buruh migran di Dusun Kumbi pernah bekerja di Malaysia, Brunei Darussalam, Taiwan, Singapura, dan Arab Saudi.

Mereka membentuk kelompok wirausaha mandiri dan mengolah potensi alam yang ada daerah tersebut.

Dusun Kumbi memiliki lahan pertanian yang subur sehingga menghasilkan kopi, pisang, talas, durian, manggis, dan nangka dengan kualitas baik.

Sejak 2019, 20 orang yang pernah menjadi buruh migran mengelola 20 hektare kebun kopi.

Kemudian melahirkan merek Kopi Kumbi.

Baca juga: Validasi Data Kemiskinan NTB Tak Kunjung Tuntas, Wagub Rohmi Minta OPD dan Pemkab Serius  

”Kopi kumbi tersebut menjadi salah satu UMKM yang akan mensuplai kebutuhan di KEK Mandalika,” katanya.

Selain kelompok PMI yang mengelola Kopi Kumbi, di Desa Pakuan juga memiliki KWT Bile Maju berisi PMI perempuan yang pernah bekerja di Malaysia, Brunei Darussalam, Arab Saudi, Singapura, Qatar, Abu Dhabi, dan Taiwan.

KWT ini membuat olahan keripik dari singkong, talas dan pisang.

Hanya saja, kelompok ini meminta kepada Disnakertrans NTB agar diberikan pelatihan keterampilan untuk industri pengolahan hasil pertanian.

Sehingga komoditi pertanian yang melimpah di desanya bisa dipasarkan dalam bentuk produk olahan bernilai ekonomi tinggi.

Aryadi mengatakan, mereka yang pernah bekerja ke luar negeri memiliki 3 modal utama untuk menjadi wirausaha mandiri.

Baca juga: Aksi Polwan di Lombok Utara, Berhasil Gagalkan Pencurian Besi Pembatas Jalan

Modal itu adalah pengalaman, modal uang, dan jaringan.

”Orang yang pernah bekerja di luar negeri dengan pahit getirnya kehidupan di sana pasti memiliki etos kerja tinggi dibandingkan dengan orang yang bekerja di negeri sendiri,” katanya.

Pengalaman bekerja di luar negeri harus menjadi spirit untuk menjadi manusia yang lebih baik.

”Apalagi Desa Pakuan memiliki potensi alam yang bagus,” ujarnya

Pengalaman bekerja di luar negeri membuat mereka pintar berinteraksi dengan orang-orang dengan latar belakang pendidikan, bahasa, dan asal negara yang berbeda-beda.

”Pengalaman itu bisa diaplikasikan ketika membangun usaha dan bisa menjadi pegangan dalam upaya mengembangkan potensi yg ada di daerah," imbuhnya.

Berita terkini di NTB lainnya.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved